Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Infeksi Bakteri Vagina yang Berisiko Sebabkan Keguguran

Kompas.com - 09/03/2017, 10:03 WIB

KOMPAS.com - Anda mungkin sudah tahu bahwa bakteri selalu ada dalam tubuh kita semua, tak peduli seberapa bersihnya kita hidup.

Kabar baiknya adalah, banyak dari bakteri ini adalah bakteri baik yang membantu menjaga kita tetap sehat.

Tapi, kadang-kadang, ada juga bakteri berbahaya masuk dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga menyebabkan infeksi. Salah satunya yang sangat umum terjadi pada wanita, tak terkecuali wanita hamil, adalah bacterial vaginosis atau infeksi bakteri vagina.

Bacterial vaginosis (BV) adalah suatu kondisi di mana keseimbangan normal bakteri di vagina terganggu, menyebabkan pertumbuhan berlebih spesies "jahat" mengalahkan spesies "baik".

Saat mengalami infeksi bakteri vagina, seorang wanita akan mengeluarkan cairan putih atau abu-abu tipis yang berbau tidak menyenangkan dari vaginanya.

Beberapa wanita yang terinfeksi juga mengalami gejala sepeti rasa panas terbakar saat buang air kecil atau gatal-gatal di vagina. Beberapa wanita lain yang terinfeksi, tidak merasakan gejala yang jelas.

Infeksi Bakteri Vagina VS Infeksi Jamur

Infeksi bakteri vagina tidak sama dengan infeksi jamur. Infeksi jamur dapat menyebabkan gatal-gatal juga, tetapi lebih cenderung menyebabkan keluarnya cairan vagina bertekstur tebal, berwarna putih.

Infeksi jamur disebabkan oleh jamur, bukan oleh bakteri, sehingga diobati dengan cara yang sama sekali berbeda.

Penting untuk diingat untuk wanita hamil: Infeksi jamur belum dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran, sedangkan infeksi bakteri vagina telah dicurigai sebagai salah satu faktor peningkat risiko keguguran.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa infeksi bakteri vagina adalah infeksi vagina yang paling umum terjadi pada wanita usia 15 sampai 44.

Pengobatan Infeksi bakteri vagina

Biasanya, dokter menggunakan antibiotik untuk membunuh spesies bakteri "buruk" penyebab infeksi bakteri vagina.

Hasil penelitian berjudul 'Common complementary and alternative therapies for yeast vaginitis and bacterial vaginosis: a systematic review' yang dimuat dalam jurnal Obstetrics and Gynecology Survey mengatakan, penerapan yoghurt ke vagina mungkin juga membantu pengobatan.

Pasalnya, bakteri hidup dalam yogurt mirip dengan bakteri baik yang secara alami menghuni vagina.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau