KOMPAS.com – Kebanyakan pasangan yang telah menikah pasti menginginkan kehamilan hingga keturunan. Namun terkadang, harapan itu tak berjalan sesuai rencana.
Sebagian pasangan harus bersabar hingga dapat memperoleh momongan. Beberapa di antaranya bahkan harus menunggu hingga puluhan tahun.
Upaya demi upaya kiranya perlu dilakukan agar setiap pasangan bisa mendapatkan buah hati. Para calon orangtua yang terpenting tak boleh mudah menyerah.
Selain pantang menyerah, menambah pengetahuan seputar kehamilan dan masalah reproduksi juga perlu dilakukan. Berikut ini 14 hal yang perlu Anda ketahui untuk membantu segera hamil:
Melansir dari WebMD (15/12/2019), mengetahui siklus menstruasi dapat meningkatkan peluang pasangan untuk hamil. Fase pertama dimulai dengan hari pertama perdarahan.
Pada saat itu, tubuh perempuan atau istri tengah melepaskan hormon seperti FSH yang membuat telur di dalam indung telur tumbuh.
Sementara antara hari ke-2 dan 14, hormon-hormon itu akan membantu mengentalkan lapisan rahim untuk bersiap-siap menampung setelah sel telur dibuahi. Ini disebut tahap folikel.
Baca juga: Calon Ibu Perlu Persiapkan Kecukupan Nutrisi sejak Sebelum Hamil
Siklus menstruasi rata-rata adalah 28-35 hari. Ovulasi biasanya terjadi antara hari ke-11 dan 21 dari siklus.
Pada masa ovulasi, hormon yang disebut luteinizing hormone (LH) melonjak, memicu pelepasan sel telur yang paling matang.
Pada saat yang sama, lendir serviks menjadi lebih licin untuk membantu sperma mencapai telur.
Wanita dilahirkan dengan sekitar sejuta hingga 2 juta sel telur tetapi melepaskan hanya 300 hingga 400 sel telur melalui ovulasi selama masa hidup mereka.
Biasanya, perempuan akan merilis hanya satu sel telus setiap bulan. Telur berjalan di sepanjang salah satu dari dua saluran tuba yang menghubungkan ovarium ke rahim.
Jika waktunya tepat, sperma dapat membuahinya dalam perjalanan ke rahim. Jika pembuahan tidak terjadi dalam 24 jam setelah sel telur meninggalkan ovarium, sel telur akan larut.
Sperma dapat hidup selama sekitar 3 hingga 5 hari. Jadi mengetahui kapan istri sedang berovulasi dapat membantu perencanaan seks sehingga memungkinkan untuk bisa hamil.
Baca juga: Tetap Menyusui Bayi Ketika Ibu Hamil Lagi, Amankah?
Umumnya, peluang terbaik kehamilan adalah ketika hubungan seks terjadi 1-2 hari sebelum ovulasi.
Jika seorang istri memiliki siklus 28 hari yang teratur, hitung mundur 14 hari dari saat istri menunggu periode berikutnya dimulai.
Rencanakan untuk berhubungan seks setiap hari sekitar waktu itu, katakanlah pada hari ke 12 dan 14. Ingatlah bahwa berhubungan seks setiap hari dapat menurunkan jumlah sperma pria.
Oleh sebab itu, setiap pasangan bisa saja memanfaatkan kalkulator ovulasi untuk mengetahui kemungkinan hari yang paling tepat.
Setelah tubuh perempuan melepaskan sel telur, hormon progesteron "menendang" untuk membangun dan mempertahankan lapisan rahim.
Hal itu membuat suhu tubuh berubah naik sedikit. Jadi, mengukur suhu tubuh dengan termometer basal setiap pagi sebelum bangun tidur dapat membantu mengetahui apakah istri mengalami ovulasi.
Pasangan menikah dapat membeli termometer ini di toko obat atau toko alat kesehatan terdekat.
Lonjakan hormon LH memicu ovarium perempuan untuk melepaskan sel telur. Lonjakan biasanya terjadi 36 jam sebelum telur dilepaskan.
Kit ovulasi dapat digunakan untuk memeriksa kadar LH dalam urin guna membantu setiap pasangan menentukan hari ovulasi.
Peralatan ini juga dapat dibeli di apotek. Alat ini nyaman digunakan dan sangat akurat. Anda mungkin bisa menguji 1-2 hari sebelum mengharapkan lonjakan sehingga dapat mencatat kenaikan hormon LH.
Baca juga: Makan Durian atau Nanas Saat Hamil Picu Keguguran, Mitos atau Fakta?
Selama paruh kedua dari siklus menstruasi, hormon progesteron naik membantu mempersiapkan lapisan rahim untuk sel telur yang telah dibuahi.
Jika tidak dibuahi dan tidak ditanam, telur akan hancur dan kadar progesteron turun.
Setelah 12 hingga 16 hari kemudian, telur bersama dengan darah dan jaringan dari lapisan rahim akan dikeluarkan dari tubuh.
Proses itu disebut menstruasi. Biasanya berlangsung 3 hingga 7 hari.
Menurunkan berat badan yang berlebih datau obesitas dapat meningkatkan peluang setiap pasangan untuk hamil.
Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas normal membutuhkan waktu dua kali lebih lama untuk hamil daripada mereka yang memiliki BMI normal.
Obesitas juga dapat menyebabkan infertilitas dan testosteron rendah pada pria. Selain itu, menjadi kurus secara signifikan juga dapat menyebabkan infertilitas.
Fertilitas turun seiring bertambahnya usia, terutama setelah pertengahan usia 30 tahunan. Ini juga menurunkan kemungkinan bahwa perawatan kesuburan akan berhasil.
Para ahli menganjurkan setiap pasangan berbicara dengan dokter apabila belum juga berhasil memperoleh buah hati padahal usia istri berada di bawah 35 tahun dan telah mencoba untuk hamil selama lebih dari 12 bulan.
Dokter juga menyarankan adanya konsultasi apabila istri berusia telah lebih dari 35 dan telah mencoba hamil selama lebih dari 6 bulan, tapi belum berhasil juga.
Baca juga: Hamil Lebih dari 42 Minggu, Apa Dampaknya?
Studi menunjukkan bahwa jumlah sperma dan pergerakan sperma menurun seiring bertambahnya usia pria. Hal ini berlaku sama halnya dengan fungsi seksual.
Tetapi tidak ada batas usia yang membuat seorang pria terlalu tua untuk menjadi ayah dari seorang anak.
Sebuah studi menemukan bahwa pria berusia 45 tahun masih dapat menghasilkan sperma sehat untuk membuahi sel telur.
Konsultasi dengan dokter dibutuhkan apabila istri lebih tua dibanding suami untuk meningkatkan peluang hamil.
Seorang suami juga harus dalam kondisi subur untuk memperbesar peluang mendapatkan buah hati.
Hal-hal yang bisa dilakukan suami untuk menjaga kesuburan, antara lain:
Sejumlah hal dapat menyebabkan kemandulan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kehamilan adalah perawatan infertilitas dengan dokter.
Perawatan ini dapat meliputi konsumsi obat kesuburan untuk merangsang ovulasi. Bisa juga dengan fertilisasi in vitro untuk mengeluarkan telur dari ovarium, memupuknya, dan kemudian menanamkannya ke dalam rahim.
Tes kehamilan di rumah bisa dilakukan dengan memeriksa urin pasangan untuk mengetahui adanya "hormon kehamilan" yang disebut hCG.
Hormon ini dibuat oleh tubuh setelah sel telur yang dibuahi tertanam dalam rahim.
Beberapa dari tes ini mungkin dapat mengetahui apakah pasangan hamil paling awal 5 hari sebelum menstruasi pertama.
Hal ini penting untuk mencegah pasangan melakukan kegiatan berlebih dan berisiko.
Kenali tanda-tanda awal kehamilan agar istri tidak melakukan tindakan yang berisiko. Beberapa tanda kehamilan itu, antara lain: