Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tasya Farasya Ingatkan Bahaya Behel Abal-abal, Dokter: Bisa Kanker Mulut

Kompas.com - 20/12/2019, 20:33 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Behel atau kawat gigi digunakan untuk memperbaiki susunan gigi dan rahang yang bermasalah.

Permasalahan tersebut disebabkan posisi sejumlah gigi menumpuk gigi lainnya, atau terlalu renggang.

Ada juga persoalan rahang atau susunan gigi bagian atas atau bawahnya lebih maju. Proses mengunyah makanan pun jadi terganggu.

Belakangan, jamak behel dijual lewat media sosial. Produk ditawarkan dengan iming-iming murah dan hasilnya memuaskan.

Beberapa produk kawat gigi juga dipromosikan selebgram sampai influencer ternama.

Menanggapi fenomena tersebut, beauty vlogger Tasya Farasya, berkomentar di Instagram Story-nya.

"Lo tau ga kalo behel 'murah' yang lo promosiin dan lo bilang
'langganan lo' padahal nggak lo buka dari bungkusnya itu bisa bikin
gigi orang lain mengalami kerusakan fatal, bisa lepas dari gusinya?
Bisa terkena kanker mulut? Bisa terkena hal2 yang ga mereka
bayangkan lainnya?"

Baca juga: Kapan Usia Terbaik untuk Memakai Kawat Gigi?

Tasya Farasya yang diikuti 2,7 juta pengguna di Instagram ini juga membuat Highlight Story khusus "Jaga Gigimu" untuk mengedukasi pengikutnya.

Ia turut mengunggah foto-foto penyakit akibat pasang behel, kawat gigi, dan veneer sembarangan dari sejumlah akun Instagram Korban Tukang Gigi (Kortugi).

Tren pemasangan kawat gigi atau behel di kalangan anak muda tanpa pengawasan dokter gigi berisiko bagi kesehatan.

Sependapat dengan Tasya Farasya, Drg. F. A. Titis Pamungkas, menyebut bahaya pemasangan kawat gigi sembarangan bisa membuat gigi tanggal sampai kanker mulut.

Prosedur yang tepat

Titis menjelaskan, sebelum pemasangan kawat gigi, dokter lebih dulu memeriska fisik pasien secara langsung.

Tujuannya mengobservasi posisi gigi yang tidak sesuai di rongga mulut pasien.

Prosedur selanjutnya, foto rontgen gigi untuk mengetahui struktur gigi dan tulang rahang pasien.

Baru, setelah itu dilakukan pencetakan gigi untuk menganalisis kebutuhan pasien.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau