KOMPAS.com - Cemoohan bisa menyerang siapa saja, termasuk seorang ibu. Tindakan ini dikenal dengan istilah mom shaming.
Mom shaming terjadi ketika seorang ibu dikritik karena dianggap memiliki cara yang berbeda atau salah dalam mengasuh anak, berperilaku, berpenampilan, hingga bertutur kata.
Tindakan ini sama halnya dengan mempermalukan seorang ibu sehingga mereka merasa tak berdaya, tak mampu menjadi ibu yang baik, tak percaya diri lagi, dan terisolasi.
Sebagai contoh, ada seorang ibu mendapatkan penilaian negatif saat meminta anaknya makan.
Dia dinilai terlalu kaku dan galak karena meminta sang anak makan tepat waktu dan menghabiskan makanan.
Sepintas mungkin ibu tersebut memang terlihat galak. Namun, dia bisa jadi punya alasan tersendiri. Misalnya, apabila anak tak makan tepat waktu dan habis cukup banyak, berisiko terkena maag.
Baca juga: “Mom Shaming”, Perundungan Sesama Ibu
Sangat disayangkan ada orang lain yang berkomentar secara sepihak tanpa mencari tahu kondisi sebenarnya.
Sementara di era teknologi seperti sekarang ini, tindakan mom shaming sangat mungkin terjadi juga di dunia maya atau lewat media sosial.
Sebuah survei yang dilakukan oleh aplikasi Mom.life menemukan bahwa 80 persen wanita mengalami mom shaming karena cara mereka mendidik anak.
Hasil survei ini sangat mengkhawatirkan mengingat efek mom shaming sangat berbahaya.
Wanita yang mengalami mom shaming bisa mengalami fluktuasi hormon yang mempengaruhi neurotransmitter mereka.
Menurut Richard A. Honaker, pakar kedokteran keluarga, hal ini dapat menyebabkan para wanita mengalami depresi dan kecemasan.
"Rasa akibat mom shaming sering dibawa selama bertahun-tahun, dan ini dapat menanamkan kimia otak yang tidak normal," katanya.
Ada berbagai faktor yang membuat seorang wanita melakukan mom shaming ke wanita lainnya. Melansir dari lama Mommy Nearest, berikut faktor penyebabnya:
1. Cari perhatian (Caper)