KOMPAS.com - Jalan sendiri atau menyendiri kerap dipandang sebelah mata.
Begitu kita makan sendiri di restoran, beberapa orang memandang dengan tatapan aneh atau penuh empati.
Tak berbeda jauh saat kita menonton film sendiri. Pasangan yang duduk di sebelah melihat dengan tatapan iba.
Pilihan orang untuk jalan sendiri juga kerap diasosiasikan dengan kesepian.
Padahal keduanya berlainan. Orang yang kesepian menginginkan koneksi sosial tapi terisolasi.
Sementara, orang jalan sendiri biasanya karena pilihan di sela-sela berinteraksi secara sosial.
Melansir Verywell Mind, riset menunjukkan kesepian atau terisolasi secara sosial meningkatkan risiko serangan jantung, obesitas, depresi, sampai mati muda.
Namun, penelitian lain menunjukkan beberapa orang terkadang membutuhkan kesendirian.
Mereka ingin mendapatkan kebebasan minim gangguan, opini, atau pendapat orang lain.
Keinginan jalan sendiri tersebut dipengaruhi kepribadian masing-masing. Preferensi kesendirian tersebut menentukan dampaknya bakal positif atau negatif.
Baca juga: Banyak Orang Takut Jadi Jomblo, Ini Bukti Status Single Bukan Akhir Dunia
Orang dengan kepribadian ekstrovert cenderung tidak nyaman jalan sendirian. Tapi, bukan berarti jenis orang seperti ini tidak butuh waktu untuk sendiri.
Sebaliknya, orang introvert memang cenderung nyaman jalan sendiri. Namun, bukan berarti tipe orang seperti ini tidak butuh koneksi dan jaringan sosial.
Kendati sering dirisak, kebiasaan jalan sendiri sebenarnya punya segudang manfaat.
Melansir berbagai sumber, berikut beberapa manfaat jalan sendiri atau menyendiri.
Saat menghabiskan waktu bersama teman dekat, lingkungan, atau teman kerja, secara tidak sadar kita menciptakan batasan "kami vs mereka".