Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Buktikan "Mom Shaming" Berbahaya, Begini Cara Mengatasinya

Kompas.com - 24/12/2019, 07:30 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Biasanya pelaku tak mendapat pengakuan dan penghargaan dalam lingkungan sehingga mencari cara agar ia menjadi menonjol dan dihargai.

Salah satu hal yang bisa ia lakukan yakni dengan mencibir dan menghina ibu-ibu di sekitarnya agar down. Pelaku berharap dirinya danggap sebagai yang paling benar.

Baca juga: Mewaspadai Bahaya Mom-Shaming dan 5 Pemicunya

2. Marah

Karena tak terlampiaskan pada suami atau anak, seorang ibu bisa jadi melampiaskan kemarahan pada ibu lain.

Secara tidak sadar, mereka saat itu telah melakukan mom shaming pada ibu lain karena ingin menyalurkan kemarahan.

3. Cemburu

Faktanya, setiap ibu mempunyai ciri khas berbeda-beda. Bisa jadi, pelaku merasa cemburu pada ibu-ibu lain yang mempunyai kelebihan.

Misalkan, ada seorang ibu masih bisa merawat dirinya dengan baik meski sudah mempunyai anak. Sedangkan sang pelaku merasa tak secantik dan tak seberuntung ibu-ibu yang lain.

Palaku akhirnya mencari celah kekurangan ibu lain hingga melakukan mom shaming.

4. Repot

Tak dapat diabaikan, kelelahan dalam mengurus anak dan rumah dapat membuat ibu mudah tersulut emosi. Sehingga tanpa disadari, perkataan yang keluar dari mulutnya terkadang menyakitkan ibu lain.

5. Tidak diakui

Tidak menutup kemungkinan, tindakan mom shaming dilakukan oleh seorang ibu karena merasa ingin diakui kiprahnya, meski hanya dengan kata terima kasih.

Seringkali tanpa disadari penyampaian nasihat yang disampaikan kepada ibu lain ternyata dapat menyakiti hati mereka.

Mungkin maksud kita hendak menasehati sewajarnya, berbagi cerita atau memberikan solusi. Namun, penggunaan kata-kata yang tidak pas dapat membuat orang yang kita ajak bicara memaknai berbeda. 

Baca juga: Pernah Punya Berat Badan 107 Kilogram, Ini Perjuangan Edsa Lawan Perundungan...

Cara mengatasi

Saat para wanita mengalami mom shaming, Honaker merekomendasikan agar segera mendiskusikannya dengan pasangan atau teman terpercaya.

Mereka juga dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik. Menurutnya, olahraga telah terbukti meningkatkan kimia otak sehingga mencegah depresi dan kecemasan.

Apabila dua cara ini tidak berfungsi efektif, maka segeralah meminta bantuan konselor atau psikolog.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau