Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Makin Tua Ujung Kulit Penis Makin Alot Disunat?

Kompas.com - 26/12/2019, 19:00 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Masyarakat Indonesia tak asing lagi dengan tindakan sunat atau khitan.

Prosedur pembedahan yang bertujuan untuk membuang kulit penis bagian luar yang menutupi kepala penis itu telah jamak dilakukan masyarakat Tanah Air dengan beragam alasan.

Ada yang terdorong karena melaksanakan tradisi budaya.

Ada yang karena patuh terhadap keyakinan agama. Ada juga yang tertarik karena paham akan manfaat sunat bagi kesehatan.

Dalam praktiknya, sunat di Indonesia dan mungkin sama di beberapa negara lain di dunia, dijalani oleh kaum laki-laki di usia yang bervariatif.

Cukup banyak laki-laki yang disunat tidak lama setelah lahir.

Baca juga: Menekan Risiko Komplikasi dengan Metode Sunat Modern

Ada juga orangtua yang memutuskan sang buah hati disunat setelah memasuki usia sekolah.

Beberapa laki-laki bahkan diketahui baru disunat setelah beranjak dewasa.

Usia tepat melakukan sunat

Terkait hal ini, banyak orang mungkin menyimpan pertanyaan mengenai usia ideal laki-laki disunat?

Beberapa di antaranya bisa jadi juga pensaran mengenai kebenaran anggapan bahwa makin tua laki-laki, kian alot kulit ujung penisnya untuk disunat.

Menjawab hal itu, Dokter Umum RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dr. Dien Kalbu Ady, membenarkan jika makin tua laki-laki, maka kian alot pula bagian kulup atau kulit kepala penisnya.

Hal tersebut disebakan oleh keberadaan jaringan kolagen kulit yang semakin matang saat usia laki-laki semakin dewasa.

Baca juga: Sunat Tanpa Jarum Suntik Bikin Anak Lebih Nyaman

“Semakin dewasa orang, maka jaringan kolagen kulitnya cenderung semakin matang,” jelas Dokter Dien saat diwawancara Kompas.com (25/12/2019).

Namun, menurut dia, tak ada kata terlambat bagi mereka yang sudah dewasa untuk melaksanakan sunat.

Pasalnya, kini telah tersedia banyak metode sunat modern yang bisa dipilih untuk mengatasi beragam kondisi.

Lebih cepat lebih baik

Terkait usia ideal laki-laki disunat, Dien menjawab, lebih cepat dilakukan maka lebih baik.

Dia menyarankan laki-laki disunat tidak lama setelah proses kelahiran. 

Mengapa? Pasalnya pada usia segitu, anak belum memiliki rasa takut sehingga mudah dikendalikan dan tidak akan menjadi trauma.

Selain itu, pada usia bayi, pertumbuhan dan regenerasi sel paling cepat terjadi. Dengan kata lain, semakin tua laki-laki disunat, maka proses pemulihannya cenderung berlasung kian lama.

Dien menambahkan sunat penting dilakukan segera terlebih jika ada indikasi seorang laki-laki mengalami perlengketan ujung penis (phimosis) yang menyebabkan sejumlah keluhan, seperti infeksi saluran kemih berulang hingga nyeri saat buang air kecil.

Baca juga: Mengapa Sunat Bakal Dilarang di Islandia, Apa yang Salah?

“Jika kondisinya seperti itu, maka sebaiknya segera dilakukan sunat untuk orang ini atau anak ini,” jelas Dien.

Manfaat sunat

Dien pun menjabarkan 6 fungsi sunat dari segi medis. Penjelasanya sebagai berikut:

  1. Sunat dapat mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular
  2. Sunat dapat mencegah terjadinya penyakit pada penis, seperti nyeri pada kepala atau kulup penis yang disebut fimosis. Hal itu bisa terjadi karena kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik. Parahnya, kondisi ini bisa menyebabkan radang pada kepala penis yang disebut balanitis
  3. Sunat dapat mengurangi risiko infeksi saluran kemih yang dapat merujuk kepada masalah ginjal. Infeksi ini umumnya lebih sering terjadi pada orang yang tidak menjalani sunat
  4. Sunat dapat mengurangi risiko kanker penis
  5. Sunat dapat mengurangi risiko kanker serviks pada pasangan. Risiko kanker serviks terbukti menurun pada wanita yang pasangannya telah menjalani prosedur sirkumsisi
  6. Sunat dapat membuat kesehatan penis lebih terjaga. Penis yang disunat lebih mudah dibersihkan sehingga kesehatannya lebih terjamin dibandingkan yang tidak disunat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau