Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Figur Publik dan Selebritas Kecanduan Narkoba?

Kompas.com - 30/12/2019, 18:00 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah figur publik dan selebritas di Indonesia acapkali berurusan dengan polisi, karena kedapatan menyimpan atau mengonsumsi narkoba.

Kabar terbaru adik artis Ayu Azhari, Ibrahim Salahuddin alias Ibra Azhari kembali ditangkap atas penyalahgunaan narkoba jenis sabu.

Ini merupakan kali keempat Ibra Azhari ditangkap pihak berwajib karena kasus narkoba.

Disusul pengusaha Medina Zein. Ia juga baru diamankan polisi terkait kasus narkoba.

Medina Zein dibawa ke Polda Metro Jaya sebagai buntut pemeriksaan Ibra Azhari yang merupakan kakak iparnya.

Baca juga: Medina Zein Positif Narkoba, Ditahan di Polda Metro Jaya

Mencermati kasus tersebut, Anda mungkin bertanya-tanya alasan sejumlah figur publik dan selebritas memakai narkoba.

Efek yang dirasakan

Para pemakai akan merasakan sejumlah dampak saat mengonsumsi obat-obatan terlarang. Dampak tersebut disinyalir membuat orang ketagihan. Antara lain:

1. Menenangkan

Melansir dari laman resmi Badan Narkotika Nasional (BNN), beberapa jenis narkoba digunakan untuk proses penyembuhan gangguan mental. Karena efeknya dapat menenangkan.

Efek inilah yang menjadi pemicu seseorang ingin terus menggunakan narkoba. Beberapa orang ingin mendapatkan ketenangan yang bersifat halusinasi.

2. Penghilang rasa nyeri

Narkoba didefinisikan BBN sebagai zat atau obat yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis dengan beberapa efek. 

Dampaknya bisa menurunkan kesadaran, menimbulkan halusinasi, serta memacu daya rangsang.

Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kecanduan jika digunakan secara berlebihan.

Selain menenangkan, narkoba jenis tertentu juga dapat menghilangkan rasa nyeri.

3. Membuat bahagia

Menurut American Addiction Centers, narkoba dapat memengaruhi pusat imbalan (reward center) pada otak.

Zat adiktif itu bisa memicu pelepasan senyawa dopamin yang dapat menimbulkan efek gembira.

Akan tetapi, efek gembira dari konsumsi narkoba akan menurun seiring berjalannya waktu.

Dosis narkoba yang biasa dikonsumsi lambat laun tidak lagi menimbulkan rasa gembira yang sama.

Otak pun menuntut tersediannya dosis yang lebih besar demi memperoleh efek gembira yang sama.

Bahaya narkoba

Di balik dampaknya yang membuat pengguna narkoba seperti sejumlah selebritas atau figur publik susah berhenti, narkoba efek negatif yang membahayakan kesehatan. 

BNN menyebut narkoba lebih banyak efek negatifnya daripada positifnya. Terlebih, jika sampai disalahgunakan. 

Berikut beberapa risiko kesehatan yang mungkin dialami oleh pengguna narkoba::

1. Dehidrasi

Penyalahgunaan narkoba bisa menyebabkan turunnya keseimbangan elektrolit dalam tubuh.

Jika efek tersebut terus terjadi, tubuh bisa kejang-kejang, muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan muncul rasa sesak di bagian dada.

Dampak jangka panjang dehidrasi dapat menimbulkan kerusakan otak.

2. Halusinasi

Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba seperti ganja.

Penggunaan narkoba berefek halusinasi berlebihan, dapat menyebabkan muntah, mual, rasa takut berlebih, serta gangguan kecemasan.

Apabila pemakaian ganja berlangsung lama, pengonsumsi bisa mengalami gangguan mental, depresi, serta kecemasan terus-menerus.

Baca juga: Apakah Mereka yang Mengonsumsi Narkoba Selalu Terlihat Lebih Kurus?

3. Tingkat kesadaran menurun

Penyalahgunaan narkoba dapat membuat tubuh terlalu rileks sehingga kesadaran berkurang drastis.

Dalam beberapa kasus, para pemakai narkoba ditemukan tidur terus dan tidak bangun-bangun.

Hilangnya kesadaran itu berisiko membuat koordinasi tubuh terganggu, sering bingung, dan terjadi perubahan perilaku.

Dampak konsumsi narkoba lebih parah, yakni hilangnya ingatan sehingga sang pemakai akan sulit mengenali lingkungan sekitar.

4. Kematian

Konsumsi narkoba dengan dosis tinggi atau overdosis bisa menyebabkan kematian.

Penggunaan sabu-sabu, opium, dan kokain berlebihan dapat membuat tubuh kejang-kejang. Apabila hal itu dibiarkan, dapat menimbulkan kematian.

Kenapa bisa kecanduan?

Kendati punya segudang efek yang menggiurkan dan tahu bahaya yang mengintai, beberapa orang sulit lepas dari kecanduan narkoba.

Melansir Hello Sehat, ada beberapa alasan yang menyebabkan pecandu narkoba sulit menghentikan kebiasaan buruknya.

Biasanya, kecanduan narkoba diatasi dengan rehabilitasi. Namun, langkah itu bukanlah proses yang mudah.

Ada sejumlah faktor yang dapat menghambat atau bahkan menggagalkan proses tersebut. Antara lain:

1. Sulit melawan kebiasaan

Otak pencandu narkoba telah terprogram untuk menerima narkoba dan membiarkan kecanduan terjadi.

Pecandu narkoba sulit berhenti karena mereka harus melawan mekanisme ini dalam otaknya sendiri.

Rehabilitasi bertujuan untuk mengatur ulang otak sehingga dapat mengurangi kecanduan dengan cara yang sehat.

2. Ada risiko gejala putus obat

Gejala putus obat (withdrawal symptoms) terjadi karena otak telah beradaptasi dengan  narkoba.

Tanda-tandanya berupa rasa cemas, lelah, mengantuk, depresi, halusinasi, serta bertambahnya keinginan untuk menggunakan narkoba.

Pecandu narkoba sulit berhenti karena gejala putus obat berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik maupun psikologis.

3. Efek nikmat

Selain kegembiraan yang meluap-luap, narkoba juga  membuat penggunanya bersemangat dan lebih awas terhadap lingkungan sekitar.

Semua ini hanya berlangsung sementara, tapi efeknya begitu besar.

Beberapa hal di atas membuat pecandu narkoba sulit berhenti.

Baca juga: KALEIDOSKOP 2019: Deretan Artis yang Terjerat Narkoba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau