Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Sebut Penyakit Pascabanjir Menyerang dalam 3 Tahap

Kompas.com - 03/01/2020, 14:30 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Warga korban banjir Jabodetabek diminta mewaspadai sejumlah penyakit yang mengancam pascabanjir.

Penyakit yang umum menyerang setelah banjir antara lain diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sampai penyakit kulit. 

Penyakit tersebut biasanya tidak muncul berbarengan. Melainkan, menyerang lewat beberapa tahap.  

Baca juga: Sejumlah Daerah Terendam Banjir, Waspadai 6 Penyakit Menular Ini

Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SpKK(K), FINSDV, FAADV dari RSUD dr. Moewardi Surakarta menjelaskan, penyakit setelah banjir menyerang secara bertahap sesuai masa inkubasi kuman, virus, dan bakteri. 

Dokter yang akrab disapa Pras ini menyampaikan, umumnya terdapat tiga fase penyakit menyerang korban banjir.

Rentang waktunya saat banjir sampai sebulan setelah musibah bencana air bah menerjang suatu kawasan. 

Fase pertama

Pras menjelaskan fase pertama dikenal dengan tahapan akut. Siklusnya terjadi dalam rentang waktu nol sampai tujuh hari setelah banjir.

Fase ini disebut waterborne disease. Artinya, penyakit yang ditularkan melalui air saat sumber air bersih terkontaminasi bakteri, virus, dan bakteri dari air bah.

Penyakit yang masuk dalam tahap pertama biasanya berkaitan dengan kulit, mata dan saluran pencernaan.

Warga bisa sakit akibat paparan air dan bahan-bahan yang terkontaminasi virus, kuman, atau bakteri selama banjir. 

Kontaminasi juga bisa terjadi saat proses pembersihan lingkungan setelah banjir surut.

Penyakit kulit yang sering dijumpai pada fase ini ada dua, yakni:

  • Kudis (scabies)
  • Infeksi kulit bernanah seperti bisul atau koreng (pyoderma)

Sedangkan kasus pada mata yang sering dijumpai adalah:

  • Konjungtivitas atau mata merah akibat peradangan selaput pelapirs permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam
  • Trakoma atau infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis
  • Perdangan mata
  • Bisa juga terjadi kelainan mata yang mengkawatirkan berupa infeksi retina akibat toksoplasma. Kondisi ini dapat menyebabkan kebutaan atau gangguan penglihatan.

Sementara itu, penyakit saluran cerna pada fase awal dapat berpotensi menjadi akut, antara lain:

  • Diare
  • Infeksi lambung

"Kondisinya bisa parah atau akut saat terjadi kekurangan air bersih dan sanitasi  buruk," terang Pras, saat diwawancara Kompas.com, Jumat (3/1/2020).

Fase kedua

Fase kedua yang berlangsung satu sampai empat minggu setelah banjir dikenal sebagai tahap rodent-borne disease.

Seperti namanya, penyakit yang muncul pada fase ini ditularkan melalu binatang pengerat seperti tikus.

Baca juga: Leptospirosis Mengancam saat Banjir, Begini Cara Mencegahnya

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu membeberkan beberapa penyakit yang sering dijumpai pada fese kedua, yakni:

  • Leptospirosis atau penyakit kencing tikus. Penyakit ini menyerang orang yang terpapar bakteri leptospira. Bakteri tersebut dikeluarkan tikus-tikus pada waktu banjir
  • Penyakit kulit seperti infeksi kulit berupa bisul (folikulitis) atau abses (carbuncle). Abses adalah penumpukan nanah di suatu bagian tubuh.
  • Infeksi saluran napas atas (ISPA) yang bisa menimbulkan gejala batuk pilek demam dan sesak napas

Fase ketiga

Fase terakhir disebut sebagai vector disease, artinya penyakit ditularkan melalui vektor tertentu dalam kurun waktu empat minggu setelah banjir.

Pras menjelaskan beberapa penyakit yang menyerang warga pada fase ini, antara lain:

  • Demam typhoid (penyakit tiphus)
  • Demam berdarah dengue (DBD)
  • Gastroenteritis atau infeksi yang terjadi pada usus atau perut akibat serangan beberapa jenis virus
  • Infeksi lambung dan usus yang bisa berkembang menjadi kronis

Antisipasi

Pras mengatakan pengawasan dan edukasi warga di daerah banjir krusial atau penting untuk mengantisipasi dampak banjir.

Tujuannya, untuk meminimalkan risiko penyebaran penyakit menular pascabanjir.

"Penilaian risiko yang komprehensif dapat membantu menentukan penyakit prioritas yang harus diawasi," jelas Pras.

Selain sistem pengawasan dan peringatan dini, semua pihak disarankan bergotong royong memastikan kebutuhan warga korban banjir. Antara lain:

  • Ketersediaan air bersih
  • Sanitasi yang layak
  • Tempat tinggal yang memadai
  • Layanan kesehatan primer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau