Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Paparan Sinar UV dari Matahari Bisa Picu Kanker Kulit

Kompas.com - 14/01/2020, 10:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan oleh matahari bagaikan dua sisi mata uang.

Di mana, satu sisi sinar UV memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan, namun di sisi lain dapat merugikan terutama pada kulit.

Bahaya sinar UV

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV, menerangkan pesatnya kemajuan teknologi di bidang kedokteran menunjukkan bahwa sinar UV terbukti berkontribusi signifikan terhadap timbulnya sejumlah masalah.

Beberapa di antaranya yakni:

  • Kerusakan kulit sebagai akibat dari terjadinya supresi imun (depresi dan penurunan fungsi kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh UV
  • Pembentukan kanker (karsinogenesis)
  • Kerusakan pada lapisan kulit, terutama berkaitan dengan penurunan fungsi kolagen yang berujung dengan tampaknya bercak-bercak berwarna gelap (photodamage)
  • Penuaan dini akibat sering terpapar sinar matahari (photoaging)

Dokter yang akrab disapa Pras itu menjelaskan efek paparan sinar UV ini dapat timbul secara tiba-tiba, sementara, atau berkembang dalam waktu yang lama hingga menahun.

Baca juga: Pengobatan Kanker Payudara Tanpa Kemoterapi, Bisakah?

Hal tersebut tergantung dengan kuatnya paparan sinar UV dan kondisi masing-masing individu.

Tren tanning 

Pras mengungkapkan risiko kesehatan itu kini rawan terjadi pada kalangan muda yang gemar menjajal tanning.

Tanning dapat diartikan sebagai upaya mengubah atau meratakan warna kulit dengan paparan sinar UV yang disengaja.

Staf Pengajar FK Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu berpendapat praktik tanning kini telah menjadi tren atau jamak dilakukan oleh masyarakat terutama anak muda berkulit putih terang.

Mereka bahkan tidak ragu menggunakan sinar UV buatan.

Pras menyebut kemajuan teknologi fotobiologi saat ini memungkinkan banyak pihak menyediakan alat yang bisa memancarkan sinar UV buatan.

Baca juga: Jadi Penyakit Mematikan, Berapa Biaya Pengobatan Kanker?

Anggota Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia itu mewanti-wanti, apabila tanning dilakukan secara sembarangan, bisa saja menyebabkan kulit terbakar atau dikenal juga dengan nama sunburn.

Gejala masalah itu yakni muncul tanda kemerahan pada kulit karena terjadi pelebaran pembuluh darah superfisial setelah terkena paparan sinar UV.

Apabila paparan yang didapat tergolong ekstrem, bisa jadi seseorang akan mengalami masalah kulit membengkak atau melepuh seperti luka bakar.

Pras menuturkan upaya tanning dalam jangka panjang tidak direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena berisiko juga menyebabkan kanker kulit.

"Kanker kulit yang berhubungan dengan paparan sinar UV adalah Karsinoma Sel Basal (KSB), Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) dan Melanoma Maligna (MM)," terang Pras saat diwawancara Kompas.com, Senin (13/1/2020).

Menurut Pras, berdasarkan informasi yang dia peroleh, KSB saat ini menduduki peringkat pertama jenis kanker kulit terbanyak yang dialami orang-orang di seluruh dunia. 

Dia menyebut, mulanya kaum pria lebih rentan terkena penyakit tersebut dibanding kaum wanita. Namun, hal itu mulai berubah.

Baca juga: Makin Canggih, Apa Saja Jenis Operasi untuk Pasien Kanker?

Pras pernah melakukan penelitian terkait kanker kulit KSB di Kota Solo. Dia mendapati, kencenderungannya dalam 5 tahun terakhir telah berubah, di mana kasus kanker kulit KSB lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com