Responden pria cenderung "kehilangan diri sendiri" seperti bekerja sampai lupa waktu, berolahraga ekstrem, mabuk, dll. setelah hubungan cintanya kandas.
Pada fase patah hati, pria lebih suka menyendiri dan punya hubungan kompetitif dengan pria lain.
Sebelum putus cinta, responden pria juga lebih bergantung pada pasangannya. Saat hubungan kandas, mereka kehilangan sokongan emosional.
Sebaliknya, wanita cenderung mencari dukungan sosial dan emosional dari teman atau orang terdekat.
Para wanita juga memberi diri sendiri waktu dan ruang untuk pulih, sebelum membuka diri dengan hubungan cinta yang baru.
Dari perspektif sosial itu, kesehatan mental responden wanita cenderung lebih baik ketimbang pria, lantaran punya banyak dukungan emosional.
Baca juga: Hati-hati, Sembarangan Pakai Headset Bisa Bikin Tuli
Riset itu juga menunjukkan, pria dan wanita punya cara pandang berbeda melihat penyebab putusnya cinta.
Bagi wanita, kandasnya hubungan cinta disebabkan kesalahan pria.
Dengan perspektif tersebut, banyak wanita emoh diajak balikan dan cenderung ingin move on.
Namun, responden pria kerap tidak mengetahui pasti asalan di balik putusnya hubungan cinta.
Penyebabnya, pria terkadang masih punya harapan bisa kembali menjalin kasih dengan mantannya.
Selain itu, para pria juga enggan menyalahkan dirinya sendiri. Tanpa memahami penyebab perpisahan itu, pria jadi lebih sulit untuk melanjutkan hidup.
Kangen mantan pasangan disebut dapat memengaruhi kualitas hubungan seseorang ke depan.
"Pelajaran dari riset ini, hubungan cinta yang sudah berlalu itu penting. Anda perlu belajar menerima, memproses, dan menghadapi putus cinta," kata Athenstaedt, kepada Today.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.