KOMPAS.com - Penyakit kusta apabila tidak terdiagnosis hingga ditangani sedini mungkin bisa jadi menyebabkan kecacatan yang permanen pada tubuh penderita.
Oleh sebab itu, sangat dianjurkan bagi siapa saja mengetahui cara mendeteksi penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae tersebut untuk menanggulangi kemungkinan terburuk.
Dosen Fakultas Kedokeran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, DR. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK (K), menyebut cara mendeteksi penyakit kusta tidaklah sulit.
Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (1): Gejalanya Kerap Tak Disadari
Menurut dia, para tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat maupun tenaga kesehatan lain sebagai juru kusta di puskesmas-puskesmas di Indonesia telah diberi panduan memadai untuk mendiagnosis penyakit kusta yang disebut dengan Cardinal Sign.
"Sekurang-kurangnya 1 dari ke 3 gejala yang ditemukan pada penderita sudah dapat didiagnosis sebagai kusta," jelas Pras saat diwawancara Kompas.com, Sabtu (25/1/2020).
Berikut ini 3 gejala atau tanda penyakit kusta yang perlu dikenali oleh khalayak:
1. Lesi (kelainan kulit) yang mati rasa
Kelainan kulit dapat berupa bercak keputih-putihan atau kemerah-merahan yang mati rasa bisa terjadi secara total maupun sebagian.
Kulit yang mengalami kelainan tersebut mental akan rasa sentuh, rasa suhu, maupun rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Penderita kusta akan mengalami penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf yang diakibatkan ole adanya peradangan kronis saraf tepi.
Penderita juga mungkin akan mendapati gangguan fungsi sensoris, gangguan ungsi motoris kelemahan otot atau kelumpuhan, hingga gangguan fungsi saraf otonom kulit kering.
3. Ditemukan bakteri tahan asam (BTA)
Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit menjadi tanda hadirnya penyakit kusta.
"Yang menjadi masalah sekarang adalah masih ditemukan kasus-kasus baru penyakit kusta," jelas Dokter Spesials Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Moewardi itu.
Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (2): Bisa Sebesar Melon dan Jadi Kanker
Pras menyampaikan pada masa lalu, penyakit kusta memang bisa dikatakan lebih sering menyerang orang dengan sosial ekonomi rendah dengan indikasi hygiene personal yang kurang baik.
Namun sekarang, menurut dia, siapa saja bisa terkena penyakit ini. Dalam beberapa tahun belakangan, nyatanya banyak orang dengan status sosial ekomomi berkecukupan ditemukan menderita kusta.
Meski demikian, Pras mengimbau masyarakat tak perlu terlalu cemas menanggapi ancaman penyakit kusta.
Penyakit menular ini terbukti bisa saja dikendaikan dan dapat diobati dengan tuntas.
Hanya, butuh keseriusan dari semua pihak, baik pasien, dokter, maupun tenaga kesehatan lain untuk menangani penyakit menular ini.
Keberhasilan proses pengobatan kusta tergantung juga dengan jenis kusta yang diderita, apakah itu pausi basiler (PB), kusta tipe multi basiler (MB) atau kusta tipe basah.
Semakin parah penyakit kusta yang diderita, maka kian lama atau sulit juga proses pengobatannya.
Ketua Kelompok Studi Herpes Indonesia itu menerangkan layanan pengobatan kusta dengan multidrug therapy (MDT) tersedia gratis di Puskesmas.
Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (3): Belum Ada Pengobatan Sempurna, tapi Vaksin Mahal
"Kira-kira pengobatan kusta bisa mulai dari 6 bulan sampai dengan 18 bulan. Semua itu tergantung dengan klasifikasi, kepatuhan dan disiplin penderita. Selain itu tentu tergantung kondisi fisik dan imunitas penderita," jelas Pras.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.