Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/03/2020, 06:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Batuk merupakan respons tubuh yang terjadi untuk membuang benda asing, termasuk virus, bakteri, debu, lender, dan partikel kecil lain yang berusaha mengotori saluran napas.

Dengan kata lain, batuk berkerja untuk menjaga saluran napas, mulai dari tenggorokan hingga paru-paru tetap bersih agar seseorang tidak mengalami sesak napas.

Lendir dan dahak harus dibatukkan keluar tubuh untuk mencegah infeksi menjalar ke saluran napas bawah atau pneumonia. Jadi batuk ini tidak boleh dicegah, justru mesti dikeluarkan.

Baca juga: Beda Batuk, Pilek, Alergi, dan Gejala Virus Corona

Banyak virus dapat menyebabkan seseorang mengalami batuk dan pilek (selesma atau common cold). Tetapi, yang paling sering adalah rinovirus. Di mana, ada 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat menginfeksi manusia.

Setelah rinovirus, ada respiratory syncytial virus (RSV) dan adenovius yang menjadi virus penyebab utama kondisi batuk.

Mitos dan fakta seputar batuk

Terkait batuk ini, di masyaraka ada sejumlah mitos yang bekembang di masyarakat. Mitos tersebut tak ayal terkadang membuat masyarakat sendiri menjadi panik.

Dalam buku Orangtua Cermat Anak Sehat (2012) karya dr. Arifianto, Sp.A, sedikitnya ada 4 mitos mengenai batuk yang coba diluruskan.

Berikut konfirmasinya:

1. Batuk berkepanjangan

Mitos: Batuk yang bekerpanjangan dan tidak diobati dapat menjadi pneumonia atau radang paru-paru.

Fakta: Batuk-pilek alias selesmas atau commond cold adalah infeksi saluran napas atas (ISPA), sedangkan pneumonia adalah infeksi saluran napas bawah. Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi virus yang sama dengan salesma, dan gejala awal pneumonia bisa berupa selesma, tapi tidak ada hubungan antara selesma yang bekepanjangan dengan pneumonia ini.

Baca juga: Dapatkah Gejala Demam Berdarah (DBD) Disertai Batuk Pilek?

2. Tidak boleh imunisasi

Mitos: Anak yang mengalami batuk-pilek tidak boleh diimuniasi.

Fakta: Selesma bukan kontraindikasi imunisasi. Penundaan imunikasi akibat selesma berulang justru menempatkan anak pada risiko mengalami sakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi.

3. Batuk dengan lender

Mitos: Batuk dan pilek dengan lendir yang sudah berubah warna menjadi hijau menandakan infeksi bakteri yang harus diobati dengan antibiotik.

Fakta: Ledir atau ingus yang berwarna disebabkan oleh kolonisasi bakteri normal dan tidak mengindikasikan harus dilakukan pemberian antibiotik.

4. Batuk tak kunjung sembuh

Mitos: Batuk yang tidak kunjung sembuh dan bada terlihat kurus dicurigai ke arah Tuberkulosir (TB) paru.

Fakta: Gejala TB paru pada anak cukup kompleks. Hal itu berbeda dengan orang dewasa yang dapat dicurigai adanya TB paru jika mengalami batuk lebih dari 2 minggu.

Baca juga: Etika Batuk yang Harus Dilakukan Demi Mencegah Penularan Virus

Penyebab batuk

Melansir Buku Health is Easy (2014) karya dr. Dhiana Ayudhitya dan dr. Inggriani Tjuatja, batuk dapat disebabkan oleh banyak hal.

Berikut ini beberapa penyebabnya:

  1. Menghirup benda asing mungkin dapat membuat seseorang batuk mengingat batuk adalah sebuah respons alamiah tubuh terhadap iritasi jalan napas untuk mengeluarkan partikel atau benda asing dari saluran napas.
  2. Iritasi saluran napas atau paru-paru dapat disebabkan oleh uap kimia atau partikel yang terhirup oleh hidung.
  3. Beberapa obat seperti obat hipertensi golongan ACE inhibitor dapat menyebabkan batuk kering sebagai efek samping penggunaan. Konsultasikan dengan dokter jika mengalami hal ini.
  4. Batuk yang disertai dengan sesak napas atau mengi kemungkinan merupakan gejala asma. Temui dokter juga jika mengalami hal ini.
  5. Gejala awal asma yang muncul akibat udara dingin di sekitar.
  6. Bronkitis akut atau infeksi saluran napas atas yang disebabkan oleh virus.
  7. Infeksi saluran napas bawah seperti pneumonia yang dapat menjadi serius jika kondisi tubuh melemah.
  8. Batuk yang disertai dengan turunya berat badan, batuk berdahak, suara serak terus menerus, atau berkeringat di malam hari merupakan gejala penyakit paru-paru kronis, seperi Tuberkulosis (TB) atau malah kanker paru-paru.
  9. Sering batuk yang disertai dengan keluarnya dahak berwarna keabu-abuan atau putih keruh kemungkinan penyebabnya adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyempitan salurannapas, termasuk produksi lendir pada saluran napas yang berlebih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau