Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Baby Blues dan Depresi Pascamelahirkan

Kompas.com - 14/03/2020, 09:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Melahirkan seorang bayi adalah perubahan hidup terbesar bagi wanita. Selain rasa bahagia, hadirnya bayi juga bisa menimbulkan rasa sedih dan kewalahan.

Hal itu normal terjadi mengingat bayi yang baru lahir memerlukan perawatan ekstra yang menguras tenaga.

Selain itu, perubahan hormon usai melahirkan juga bisa mempengaruhi suasana hati.

Kondisi tersebut bisa kecemasan dan stres yang mengarah pada baby blues. Melansir Web MD, sekitar 80 persen wanita yang baru melahirkan mengalami baby blues.

Baca juga: Riset Buktikan Kerja Akhir Pekan Berisiko Depresi

Lalu, apa itu baby blues dan apa bedanya dengan depresi pascapersalinan?

Melansir laman Healthline, baby blues adalah kondisi penurunan suasana hati yang terjadi dalam waktu singkat, yakni sekitar dua atau tiga hari usai melahirkan.

Penurunan suasana hati tersebut akan mereda ketika bayi telah berusia satu atau dua minggu.

Beda baby blues dan depresi pasca melahirkan

Banyak orang keliru membedakan antara baby blues dan depresi pascapersalinan. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Baby blues umumnya terjadi hanya dalam beberapa minggu. Sementara itu, depresi pasca persalinan bisa terjadi dalam waktu lama dan termasuk gangguan mental yang serius serta membutuhkan perawatan khusus.

Baby blues dan depresi pascapersalinan juga memiliki gejala yang berbeda. Berikut perbedaan tersebut:

Baby blues

  • Suasana hati mudah berubah dengan cepat.
  • Nafsu makan berkurang dan merasa kelelahan hingga tak mampu mengurus diri sendiri.
  • Merasa mudah tersinggung, kewalahan, dan cemas.

Depresi pascapersalinan

  • Merasa putus asa, sedih, tidak berharga, atau sendirian sepanjang waktu, dan sering menangis.
  • Merasa tidak mampu melakukan pekerjaan yang baik sebagai ibu.
  • Tidak memiliki keterikatan dengan bayi.
  • Tidak bisa makan, tidur, atau merawat bayi karena rasa putus asa yang tinggi.
  • Mengalami kecemasan dan serangan panik.

Baca juga: 7 Masalah Fisik Tanda Anda Sedang Depresi

Baby blues yang tidak segera ditangani bisa mengarah pada depresi pascapersalinan. Untuk menghindari risiko tersebut, cobalah melakukan hal-hal berikut:

  • Tidur sebanyak yang kita bisa dan istirahat ketika bayi tidur.
  • Mengonsumsi makanan bergizi.
  • Cobalah untuk mencari mencari udara segar dengan berolahraga dan berjemur di bawah sinar matahari.
  • Jangan sungkan meminta bantuan orang lain.
  • Bersantai. Jangan khawatir tentang pekerjaan. Fokus saja pada diri sendiri dan sang buah hati.

Jika dalam waktu dua minggu gejala baby blues tidak kunjung hilang, kemungkinan besar hal tersebut mengarah pada depresi pascapersalinan.

Untuk mengatasinya, kita membutuhkan bantuan psikiater atau ahli jiwa. Psikiater biasanya akan meberikan obat atau terapi untuk mengatasi depresi pascapersalinan.

Obat yang diberikan biasanya berupa antidepresan yang bekerja dengan mengubah bahan kimia di otak untuk mengatur suasana hati.

Jika kadar esterogen rendah, dokter biasanya akan memberikan terapi hormon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau