KOMPAS.com – Penyakit tuberkulosis (TBC) ditularkan lewat percikan batuk atau bersin penderita TBC yang mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Oleh sebab itu, membatasi kontak sosial dengan orang dengan indikasi TBC adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Namun, cara tersebut tetap tidak lebih efektif jika dibandingkan dengan vaksinasi untuk menangkal serangan penyakit tuberkulosis.
Vaksin Bacillus Calmette–Guérin (BCG) adalah vaksin yang selama ini diberikan kepada orang-orang untuk melindungi diri dari tuberkulosis.
Baca juga: Cara Mencegah Penularan Tuberkulosis (TBC) yang Rentan Lewat Udara
Melansir Buku Vaksinasi: Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi (2010) karya dr. J.B. Suharjo B. Cahyono, Sp.PD, dkk., vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang memberi perlindungan terhadap penyakit TB.
Pemberian vaksin ini akan memicu sistem imun untuk menghasilkan sel-sel yang dapat melindungi seseorang dari bakteri tuberkulosis.
Vaksin ini diketahui dapat memberikan proteksi yang bervariasi antara 50-80 persen terhadap tuberkulusis.
Pada anak-anak, pemberian vaksin BCG dianggap sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit tuberkulosis, termasuk jenis yang paling berbahaya, yaitu meningitis TB pada anak.
Sedangkan bagi orang dewasa, manfaat vaksin masih kurang jelas sehingga jarang dianjurkan.
Di Indonesia, vaksin BCG termasuk vaksin yang diwajibkan oleh pemerintah untuk diberikan kepada bayi.
Vaksin ini diberikan kepada bayi yang baru lahir dan sebaiknya diberikan pada sebelum umur 2 bulan.
Namun, vaksin ini juga bisa diberikan kepada:
Baca juga: 7 Kelompok Orang yang Rentan Terjangkit Tuberkulosis (TBC)
Setelah anak-anak atau seseorang melakukan vaksinasi BCG, pada umumnya akan timbul papul atau bintik merah kecil dalam waktu 1-3 minggu.
Berjalannya waktu, bintik ini akan semakin lunak, hancur dan menimbulkan parut. Luka tersebut mungkin butuh waktu sampai 3 bulan untuk sembuh.
Biarkan bagian tubuh yang disuntik sembuh sendiri dan pastikan agar tetap bersih dan kering.
Jangan menggunakan krim atau salep, plester yang melekat, band-aid, kepas atau kain langsung pada tempat vaksinasi.
Selain kemeradan dan bengkak di sekitar tempat pentuntikan, pemberian vaksin BCG juga memiliki efek samping lain, di antaranya:
Vaksinasi BCG memang tidak terlepas dari efek samping.
Oleh sebab itu, perlu diketahui bahwa vaksin ini tidak dianjurkan pada seseorang yang mengalami penurunan status kekebalan tubuh dan uji tuberkulin positif.
Baca juga: Benjolan di Leher Bisa Jadi Tanda Penyakit Tuberkulosis (TB)
Melansir Buku Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan (2008) karya A. Aziz Alimul Hidayat, imunisasi BCG penting bagi anak balita dalam pencegahan TBC milier, otak, dan tulang karena masih tingginya kejadian TBC pada anak.
Balita biasanya tertular penyakit ini dari lingkungan, misalnya keluarga atau tetangga, mengingat mobilitas balita belum jauh.
Kondisi itu juga bisa jadi indikasi ada kasus tuberkulosis di sekitar balita.
Tuberkulosis pada balita ini jelas akan menimbulkan keprihatinan, karena penderita akan mengalami hambatan pertumbuhan yang tentu akan memengaruhi perkembangannya.
Imunisasi BCG merupakan tindakan yang penting untuk melindungi kesehatan bayi. Namun, penting juga untuk memerhatikan kondisi bayi atau anak sebelum melakukan vaksinasi tersebut.
Jika perlu, konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan solusi terbaik terkait proses pemberian vaksin ini.
Baca juga: Beda Gejala Tuberkulosis pada Anak-anak dan Orang Dewasa
Setidaknya ada beberapa kondisi bayi yang membuat pemberian imunisasi BCG sebaiknya ditunda.
Beberapa kondisi itu, di antaranya yakni:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.