Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menahan Bersin Bisa Rusak Gendang Telinga, Bagaimana Baiknya?

Kompas.com - 14/04/2020, 10:10 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Bersin adalah cara tubuh menghilangkan iritasi dari hidung atau saluran pernapasan.

Namun, di tengah pandemi virus corona, bersin dan batuk menjadi suatu momok yang berbahaya.

Bersin dianggap sebagai salah satu jalan penularan virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Baca juga: Percikan Cairan Bersin dan Batuk Bisa Terbang Sampai 8 Meter

Lantas, sebagai bentuk kepedulian agar tidak menyebarkan penyakit, banyak orang menahan bersin.

Sebelum membahas boleh tidaknya menahan bersin di tengah pandemi virus corona, ada baiknya Anda mengetahui seluk-beluk bersin.

Apa itu bersin?

Melansir Healthline, bersin bukanlah penyakit. Bersin merupakan usaha tubuh untuk membersihkan udara.

Tujuannya, untuk membersihkan udara yang terhirup agar bebas dari virus, bakteri, dan kotoran.

Dalam kebanyakan kasus, hidung bekerja dengan menjebak kotoran dan kuman ke dalam lendir.

Perut lantas mencerna lendir dan menetralkan zat yang berbahaya termasuk virus dan bakteri.

Pada proses tersebut, ada kalanya kotoran atau kuman dapat masuk ke dalam hidung dan mengiritasi selaput lendir yang sensitif di hidung dan tengorokan.

Saat selaput lendir di hidung teriritasi, Anda bisa mengalami bersin.

Bersin bisa disebabkan virus, bakteri, alergi seperti debu, atau penggunaan obat semprot.

Baca juga: Bagaimana Virus Bisa Menyebar dan Menularkan Penyakit?

Kenapa penting tidak menahan bersin?

Kebiasaan menahan bersin karena enggan membahayakan orang sekitar tersebut bisa merusak diri sendiri.

"Bersin memang berperan dalam menyebarkan infeksi. Tapi bersin juga penting untuk menghilangkan iritasi dan alergen," jelas ahli alergi dan imunologi klinis DeVon Preston, MD, seperti dilansir Cleveland Clinic.

Saat Anda tidak bersin atau menahan bersin, tubuh bisa kemasukan zat yang berpotensi merusak sinus atau paru-paru.

Seperti diketahui, kekuatan bersin bisa mendorong percikan cairan saluran bersama kotoran dan kuman sejauh beberapa meter.

Dengan kekuatan tersebut, menahan bersin bisa berakibat pecahnya gendang telinga dan tenggorokan (faring).

"Menahan bersin bisa mendorong lendir yang terinfeksi virus atau bakteri kembali ke saluran eustachius. Telinga bagian tengah Anda bisa terinfeksi," jelas Dr. Preston.

Menurut dia, infeksi telinga bagian tengah dapat menyebabkan lubang di gendang telinga.

Untuk memperbaiki lubang tersebut, dibutuhkan tindakan bedah atau operasi.

Baca juga: Virus Corona Berpotensi Menyebar Melalui Percikan Ludah

Bersin dengan etika batuk dan bersin yang benar

Untuk mencegah penularan penyakit lewat saluran pernapasan seperti Covid-19, setiap orang wajib mempraktikkan etika batuk dan bersin.

Berikut etika batuk dan bersin yang benar:

  • Menutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau lengan baju bagian dalam saat batuk atau bersin
  • Membuang tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah
  • Mencuci tangan pakai sabun minimal 20 detik atau bersikan tangan dengan gel sanitasi berbasis alkohol minimal 30 detik
  • Saat batuk, pilek, atau sakit pernapasan, gunakan masker agar orang lain tidak tertular penyakit.

Baca juga: 5 Kesalahan Umum Cara Pakai Masker

Hindari menutup batuk atau bersin dengan telapak tangan Anda. Pasalnya, kuman dapat menempel di tangan.

Apabila tidak dibersihkan dengan cara yang benar, penyakit dapat menular karena kuman tersebut dapat menempel di benda-benda yang Anda sentuh.

Dengan bersin penuh pertimbangan dan mempraktikkan etika yang benar, Anda dapat melindungi diri sendiri dari orang sekitar dari penyakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com