KOMPAS.com – Obat tidur adalah obat yang dapat diberikan dalam dosis pengobatan untuk tujuan mempermudah atau menyebabkan tidur.
Melihat definisi tersebut, obat tidur sebenarnya hampir sama dengan obat penenang.
Bedanya, obat tidur dalam dosis pengobatan, langsung dapat menyebabkan tidur. Sedangkan obat penenang dalam dosis pengobatan, tidak menyebabkan tidur.
Dahulu, sebagai obat tidur, banyak orang menggunakan analgetika narkotika, seperti derivate dari opium.
Baca juga: Tak Hanya Redakan Stres, Meditasi Juga Bisa Tingkatkan Kualitas Tidur
Seiring berjalannya waktu, sekarang di pasaran sudah tersedia obat tidur sintetis yang modern.
Sebagai contoh, persenyawaan dari barbiturate, seperti luminal dan veronal.
Namun, permakaian obat tidur dari persenyawaan barbiturate dapat mengakibatkan ketagihan dan merugikan badan, karena dapat mengakibatkan agranulositosis, yakni gejala keracunan yang berat karena lenyapnya butir-butir darah putih di dalam darah.
Baca juga: Sekjen Hipmi Sebut Jet Pribadi yang Digunakan Bahlil untuk Mudik Lebaran Dibayar dengan Dana Pribadi
Maka, pemberian obat tidur ini hanya dilakukan apabila diperlukan dan segera dihentikan jika tidak dibutuhkan lagi.
Melansir Buku Obat-obatan (1991) karya Dra. V. Nuraini Widjajanti, Apt., berdasarkan struktur kimianya, obat tidur dapat dibagi menjadi lima macam.
Berikut perbedaannya:
1. Turunan dari alkohol, aldehid dan keton
Obat tidur yang termasuk macam ini, yakni:
Baca juga: Armuji Dilaporkan ke Polda Jatim, Jan Hwa Diana: Mbok yo Mikir toh...
Kloralhidrat adalah obat tidur yang tertuta, ditemukan pada tahun 1869 dan sangat efektif tanpa menimbulkan perasaan pusing-pusing pada keesokan harinya.
Sayangnya, pada penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan pada hati.
Zat ini sekarang jarang digunakan lagi, karena dapat merangsang saluran lambung usus dan rasanya tidak enak.