Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 Tingkatkan Risiko Tidur Inersia, Begini Baiknya

Kompas.com - 08/04/2020, 20:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona yang sedang menjadi pandemi saat ini membuat sebagian besar orang harus bekerja dari rumah.

Kita juga direkomendasikan untuk tidak berkumpul dan tetap tinggal di rumah demi memutus penyebaran Covid-19 ini.

Pandemi ini tentu telah mengubah banyak rutinitas kehidupan kita. Pola tidur kita pun juga turut mengalami perubahan.

Alhasil, banyak dari kita yang merasa tetap lelah dan mengalami tidur inersia atau sleep inertia.

Tidur inersia merupakan gangguan kognitif dan kinerja motorik yang membuat kita merasa belum sepenuhnya siap untuk terbangun dari tidur.

Baca juga: Mengenal OTG, Orang Tanpa Gejala yang Bisa Sebarkan Virus Corona

Akibatnya, kita merasa lelah, disorientasi, sulit berpikir jernih dan canggung untuk sementara waktu setelah bangun tidur.

Namun, beberapa orang bisa mengalami tidur inersia dalam waktu yang lama.

Melansir Independent, Matthew Walker, profesor ilmu saraf dan psikologi dari University of California, mengatakan bahwa ada banyak hal yang membuat seseorang mengalami tidur inersia. Penyebabnya antara lain sebagai berikut:

Baca juga: Klasemen Grup C Piala Asia U17 2025, Timnas U17 Indonesia Tembus Piala Dunia

  • kurang tidur
  • tidur larut malam
  • tidur tidak nyenyak
  • sleep apnea.

Selain itu, kurangnya paparan matahari juga bisa meningkatkan risiko tidur inersia.

Dengan adanya himbauan untuk tetap berada di rumah selama masa pandemi ini, banyak orang yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari.

Menurut pakar pengobatan tidur dari University of Oxford, Professor Colin Espie, kurangnya paparan sinar matahari akan membuat orang merasa lesu dan kurang waspada.

Baca juga: Hasil Timnas U17 Indonesia Vs Yaman 4-1: Indonesia Lolos ke Piala Dunia U17 2025!

"Ketika mendekati periode tidur, hormon melatonon meningkat. Hormon ini akan berkurang saat waktu opagi hari dan akan menjai tidak aktif karena cahaya matahari," ucap Espie.

Itu sebabnya, banyak orang masih merasa lelah dan mengantuk meski telah tidur malam dengan cukup.

Menurut Espie, cahaya dalam ruangan saja tidak cukup untuk menonaktifkan hormon melatonin.

Selain itu, kecemasan juga bisa mempengaruhi kualitas tidur yang membuat seseorang berisiko mengalami tidur inersia.

Baca juga: 4 Cara Melawan Putus Asa Hadapi Pandemi Virus Corona

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau