Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda Migrain dan Sakit Kepala

Kompas.com - 25/09/2020, 12:03 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Sakit kepala biaa atau migrain sama-sama menyebabkan tekanan dan sakit di area kepala.

Rasa sakit yang terjadi bisa ringan hingga parah. Namun, banyak orang menduga migrain hanya terjadi di satu sisi kepala saja.

Sebaliknya, sakit kepala biasa terjadi hampir di seuruh area kepala. Faktanya, migrain bisa juga terjadi lebih dari di satu sisi kepala saja.

Sebaliknya, sakit kepala biasa juga bisa memiliki gejala yang serupa dengan migrain. Lalu, apa beda antara migrain dan sakit kepala biasa?

Baca juga: Kecemasan Bisa Sebabkan Sakit Kepala, Begini Cara Mengatasinya

Sakit kepala

Menghimpun data Penn Medicine, ada beberapa tipe sakit kepala yang biasa terjadi berdasarkan penyebabnya. Berikut jenis-jenis sakit kepala:

- Sakit kepala akibat tegang (tension headache)

Nyeri akibat sakit kepala tegang cenderung menyebar ke kedua sisi kepala. Biasanya, rasa nyeri yang timbul dimulai dari belakang dan merambat ke depan kepala.

Jenis sakit kepala ini paling umum terjadi karena kelelahan mata, stres, dan kelaparan.

- Sakit kepala sinus

Sakit kepala ini sering menyerang saat kita sedang sakit atau merasa sesak. Hal ini terjadi karena pembengkakan di saluran sinus, yang menyebabkan nyeri di belakang pipi, hidung, dan mata.

Rasa sakitnya sering kali membutuk saat kita bangun pagi hari dan saat kita membungkuk ke depan.

- Sakit kepala cluster

Sakit kepala ini biasanya sangat menyakitkan dan terjadi dalam "cluster", artinya sakit kepala ini bisa terjadi setiap hari di waktu yang sama.

Kondisi ini terjadi karena pelepasan serotonin dan histamin yang memicu pelebaran pembuluh darah otak

Migrain

Migrain adalah penyakit neurologis yang melibatkan jalur saraf dan bahan kimia. Selain sakit kepala yang parah, penderita migrain juga bisa mengalami gejala berikut:

  • mual
  • peningkatan kepekaan terhadap cahaya, suara, atau bau
  • kelelahan yang ekstrim.

Baca juga: 3 Gejala Saraf Kejepit yang Perlu Diwaspadai

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau