Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2020, 10:42 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber NHS,

KOMPAS.com – Penyakit tuberkulosis (TBC) termasuk penyakit yang mematikan.

Dari sekian banyak penyakit menular yang mematikan, WHO bahkan menempatkan TBC menjadi penyakit yang berada di peringkat 1 sebagai penyakit menular paling mematikan.

Di tingkat Internasional, Indonesia sendiri menempati peringkat 3 dengan jumlah penderita TBC terbanyak setelah India dan Cina.

Baca juga: 5 Gejala TBC yang Perlu Diwaspadai

Penyebab TBC

Melansir American Lung Association, TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Udara menjadi media penyebaran kuman TBC, di mana bakteri dapat menyebar saat penderita batuk, bersin, tertawa, ataupun berbicara.

Sebenarnya perlu waktu cukup lama bagi seseorang untuk bisa terinfeksi TBC.

Artinya, Anda harus menghabiskan waktu yang lama (beberapa jam) dalam kontak dekat dengan orang yang terinfeksi untuk bisa tertular.

Misalnya, infeksi TBC biasanya menyebar di antara anggota keluarga yang tinggal serumah atau antarteman kantor yang setiap hari bertemu.

Sangat kecil kemungkinan bagi Anda untuk terinfeksi dengan hanya duduk sebentar di samping orang yang terinfeksi, misalnya di bus atau kereta api.

Pada kebanyakan orang sehat, sistem kekebalan tubuh mampu menghancurkan bakteri penyebab TBC.

Tapi dalam beberapa kasus lain, bakteri dapat menginfeksi tubuh meski tidak menimbulkan gejala apapun (TB laten) atau infeksi mulai menimbulkan gejala dalam beberapa minggu, bulan atau bahkan tahun (TB aktif).

Baca juga: 7 Kelompok Orang yang Rentan Terjangkit Tuberkulosis (TBC)

Hingga 10 persen orang dengan TB laten pada akhirnya mengembangkan TB aktif beberapa tahun setelah infeksi awal.

Ini biasanya terjadi dalam satu atau dua tahun pertama infeksi atau ketika sistem kekebalan tubuh melemah. Misalnya, jika seseorang harus menjalani pengobatan kemoterapi untuk kanker.

Ketika seseorang terkena penyakit TBC aktif, itu berarti bakteri TBC berkembang biak dan menyerang paru-paru atau bagian tubuh lain, termasuk kelenjar getah bening, tulang, ginjal, otak, tulang belakang bahkan kulit.

Dari paru-paru, bakteri TBC dapat berpindah melalui darah atau sistem limfatik ke berbagai bagian tubuh.

Baca juga: Beda Gejala Tuberkulosis pada Anak-anak dan Orang Dewasa

Siapa berisiko terkena TBC?

Melansir NHS, siapa saja sebenarnya bisa terkena TBC, tidak peduli pria atau perempuan, tua atau muda, atau bahkan anak-anak dapat terinfeksi penyakit ini.

Namun, ada kelompok orang yang dinilai memiliki risiko lebih besar untuk terjangkit TBC. 

Siapa saja?

  • Masyarakat yang tinggal, berasal dari, atau pernah menghabiskan waktu di negara atau daerah dengan tingkat TBC yang tinggi
  • Mempunyai riwayat kontak dekat yang lama dengan seseorang yang terinfeksi TBC
  • Tinggal di daerah padat penduduk
  • Memiliki kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, HIV
  • Menjalani perawatan yang melemahkan sistem kekebalan, seperti kemoterapi atau agen biologis
  • Orang yang menerima perawatan tertentu untuk gangguan autoimun seperti rheumatoid arthritis atau penyakit Crohn
  • Kelompok usia sangat muda atau sangat tua, mengingat sistem kekebalan mereka cenderung lebih lemah daripada orang dewasa yang sehat
  • Dalam kesehatan yang buruk akibat menerapkan gaya hidup tidak sehat, termasuk memiliki masalah lain, seperti penyalahgunaan narkoba, penyalahgunaan alkohol, atau tunawisma
  • Orang yang bekerja atau tinggal di fasilitas yang menampung orang-orang berisiko tinggi seperti rumah sakit, tempat penampungan tunawisma, fasilitas pemasyarakatan, panti jompo dan panti jompo untuk orang dengan HIV

Untuk terhindar dari TBC, siapa saja dianjurkan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta mengaplikasikan etika batuk yang benar.

Pencegahan ataupun pengendalian TBC dapat juga dilakukan dengan melakukan imunisasi menggunakan vaksin BCG dengan presentase 50-70 persen keberhasilan.

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Vaksin BCG untuk Cegah Serangan Tuberkulosis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau