KOMPAS.com - Indonesia merupakan salah satu dari empat negara di dunia yang memiliki gunung api terbanyak.
Beberapa gunung api di wilayah Indonesia juga mulai mengalami peningkatan aktivitas.
Tentunya, kondisi ini juga turut memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat yang tinggal di dekat area pegunungan tersebut.
Erupsi atau letusan gunung berapi seringkali memicu gangguan kesehatan, salah satunya masalah pernapasan.
Baca juga: 4 Penyebab Asma yang Perlu Diwaspadai
Pasalnya, kabut vulkanik atau smog yang sering muncul saat erupsi bisa mengiritasi paru-paru dan memperburuk gangguan paru-paru yang sudah ada.
Kabut vulkanik mengandung abu,debu, sulfur dioksida, karbon monoksida, dan berbagai gas berbahaya yang mencemari udara.
Kabut vulkanik juga mengandung aerosol yang sangat asam dan bisa masuk ke dalam paru-paru.
Menghirup kabut vulkanik bisa mengiritasi paru-paru dan selaput lendir. Tentunya, hal ini bisa memengaruhi fungsi paru-paru kita.
Partikel asam dalam kabut vulkanik juga bisa menyebabkan masalah berikut:
Kabut vulkanik juga bisa memperburuk gejala pernapasan yang sudah ada, seperti asma, bronkitis, empisema, dan penyakit paru-paruonstruktif kronik.
Menurut American Lung Association, ada sejumlah cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan paru-paru saat berada di area terdampak erupsi. Berikut caranya:
1. Hindari aktivitas di luar ruangan
Batasi aktivitas di luar rumah. Tutup pintu dna jendela agar debu atau kabut vulkanik tidak masuk ke dalam rumah.
2. Gunakan AC
Pasang AC dengan pengaturan resirkulasi agar udara luar tidak masuk ke dalam ruangan dan udara bersih akan bersirkulasi melalui AC dan pembersih udara.
Baca juga: Masalah Kesehatan Akibat Penggunaan AC, dari Pernapasan hingga Kulit
3. Lakukan tindakan pencegahan ekstra
Lakukan tindakan pencegahan ekstra untuk anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan penyakit paru-paru, yang lebih rentan terhadap gas dan asap.
4. Gunakan mobil saat berkendara
Jika harus bepergian, gunakan mobil atau kendaraan tertutup. Nyalakan AC kendaraan dengan pengaturan "resirkulasi".
5. Hindari memakai masker debu biasa
Masker debu biasanya, yang dirancang untuk menyaring partikel besar, tidak efektif untuk melindungi kita dari paparan kabut dan debu vulkanik yang berbahaya.
Sebaiknya, gunakan masker medis atau N95 yang mampu menyaring partikel lebih kecil.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.