Obat glaukoma dengan bahan aktif beta blocker cukup sering diberikan kepada penderita.
Obat ini bekerja dengan cara menurunkan produksi cairan dan mengurangi tekanan pada mata.
Salah satu jenis beta blocker adalah obat tetes mata Timolol dan Betaxolol (Betoptic).
Efek samping obat yang mengandung beta blocker kemungkinannya antara lain tekanan darah rendah, sesak napas, detak jantung lebih lambat, depresi ringan, dan kelelahan.
Efek samping sistemik obat mata glaukoma ini dapat diminimalkan dengan menutup mata setelah penggunaan obat.
Baca juga: 4 Gangguan Mata yang Rentan Menyerang Penderita Diabetes
Obat glaukoma jenis agonis alfa contohnya Alphagan P (Brimonidine) dan Iopidine (Apraclonidine).
Obat ini bekerja dengan menurunkan produksi cairan dan meningkatkan drainase cairan di mata.
Obat tetes mata Alphagan biasanya memiliki pengawet purit yang bisa terurai menjadi komponen air mata alami dan lebih mudah ditoleransi orang dengan masalah alergi pada bahan pengawet obat tetes mata.
Kemungkinan efek samping obat ini di antaranya mata panas, tekanan darah meningkat, kelelahan, sakit kepala, mengantuk, denyut jantung tidak teratur, dan mulut kering.
Obat mata glaukoma ini bekerja dengan mengurangi tekanan mata lewat mengurangi produksi cairan intraokular.
Efek samping obat yang jarang digunakan ini antara lain mata perih, rasa pahit di mulut, dan pandangan kabur.
Contoh jenis obat yang mengandung penghambat anhidrase karbonat antara lain obat tetes mata Trusopt (Dorzolamide), Azopt (Brinzolamide), serta pil Diamox (Acetazolamide) dan Neptazane (Methazolamide).
Baca juga: 13 Penyebab Mata Berair dan Cara Mengobatinya
Obat glaukoma jenis baru ini jamak digunakan sejak 2018 lalu. Contoh obat yang mengandung penghambat Rho khinase yakni Rhopressa (Netarsudil).
Cara kerja obat ini merangsang drainase cairan intraokular.
Obat glaukoma ini relatif jarang diresepkan. Agen kolinergik bekerja dengan merangsang mata untuk memproduksi cairan lebih banyak. Obat ini juga membantu mata mengeluarkan lebih banyak cairan.