Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2021, 20:02 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Pemberian obat glaukoma merupakan salah satu cara untuk mencegah kerusakan mata berlanjut.

Glaukoma adalah masalah penglihatan saat saraf optik yang menghubungkan mata dan otak rusak.

Penyakit glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan pada orang berusia di atas 60 tahun.

Baca juga: 5 Gejala Glaukoma Sesuai Jenisnya

Melansir Mayo Clinic, penyebab glaukoma utamanya berasal dari peningkatan tekanan pada mata karena penumpukan cairan di mata.

Cairan ini dalam kondisi normal dapat mengalur keluar melalui jaringan pada sudut pertemuan antara iris dan kornea mata.

Ketika produksi cairan mata meningkat atau sistem drainase tidak berfungsi optimal, cairan tidak dapat mengalir keluar, dan tekanan mata meningkat. Imbasnya, saraf optik rusak.

Glaukoma umumnya diderita orang yang keluarganya juga menderita penyakit mata sejenis.

Faktor risiko lainnya yakni punya riwatar diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, anemia sel sabit, menderita rabun jauh, dan punya kornea tipis di bagian tengah.

Baca juga: Penyebab Glaukoma dan Cara Mencegahnya

Tanda dan gejala glaukoma tergantung jenisnya. Namun, gejala umumnya antara lain:

  • Muncul bintik buta yang tidak merata di penglihatan bagian samping atau tengah
  • Sakit kepala parah
  • Sakit mata
  • Mual dan muntah
  • Penglihatan kabur
  • Muncul lingkaran cahaya setelah menatap lampu
  • Mata merah

Jika tidak ditangani, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Pengobatan yang tepat dapat menghambat dan mencegah kebutaan.

Melansir Glaucoma Research Foundation, obat glaukoma umumnya berupa obat tetes mata dan obat yang diminum.

Baca juga: Apa itu Operasi Lasik Mata?

Berikut beberapa jenis obat mata glaukoma dan efek sampingnya yang perlu diketahui:

1. Analog prostaglandin

Obat mata glaukoma dengan bahan aktif analog prostaglandin antara lain Xalatan (Latanoprost), Lumigan (Bimatoprost), Travatan Z (Travoprost), Zioptan (Tafluprost), dan Vyzulta (Latanoprostene bunod).

Obat glaukoma ini bekerja dengan cara merangsang aliran cairan dari mata agar bisa keluar dengan lancar.

Dilansir dari WebMD, efek samping obat ini umumnya sistemik terkait mata, seperti perubahan warna iris, warna kulit kelopak mata berubah, pandangan kabur, mata pedas, kemerahan, dan gatal.

2. Beta blocker

Obat glaukoma dengan bahan aktif beta blocker cukup sering diberikan kepada penderita.

Obat ini bekerja dengan cara menurunkan produksi cairan dan mengurangi tekanan pada mata.

Salah satu jenis beta blocker adalah obat tetes mata Timolol dan Betaxolol (Betoptic).

Efek samping obat yang mengandung beta blocker kemungkinannya antara lain tekanan darah rendah, sesak napas, detak jantung lebih lambat, depresi ringan, dan kelelahan.

Efek samping sistemik obat mata glaukoma ini dapat diminimalkan dengan menutup mata setelah penggunaan obat.

Baca juga: 4 Gangguan Mata yang Rentan Menyerang Penderita Diabetes

3. Agonis alfa

Obat glaukoma jenis agonis alfa contohnya Alphagan P (Brimonidine) dan Iopidine (Apraclonidine).

Obat ini bekerja dengan menurunkan produksi cairan dan meningkatkan drainase cairan di mata.

Obat tetes mata Alphagan biasanya memiliki pengawet purit yang bisa terurai menjadi komponen air mata alami dan lebih mudah ditoleransi orang dengan masalah alergi pada bahan pengawet obat tetes mata.

Kemungkinan efek samping obat ini di antaranya mata panas, tekanan darah meningkat, kelelahan, sakit kepala, mengantuk, denyut jantung tidak teratur, dan mulut kering.

4. Penghambat anhidrase karbonat

Obat mata glaukoma ini bekerja dengan mengurangi tekanan mata lewat mengurangi produksi cairan intraokular.

Efek samping obat yang jarang digunakan ini antara lain mata perih, rasa pahit di mulut, dan pandangan kabur.

Contoh jenis obat yang mengandung penghambat anhidrase karbonat antara lain obat tetes mata Trusopt (Dorzolamide), Azopt (Brinzolamide), serta pil Diamox (Acetazolamide) dan Neptazane (Methazolamide).

Baca juga: 13 Penyebab Mata Berair dan Cara Mengobatinya

5. Penghambat Rho khinase

Obat glaukoma jenis baru ini jamak digunakan sejak 2018 lalu. Contoh obat yang mengandung penghambat Rho khinase yakni Rhopressa (Netarsudil).

Cara kerja obat ini merangsang drainase cairan intraokular.

6. Agen kolinergik

Obat glaukoma ini relatif jarang diresepkan. Agen kolinergik bekerja dengan merangsang mata untuk memproduksi cairan lebih banyak. Obat ini juga membantu mata mengeluarkan lebih banyak cairan.

Contoh obat mata glaukoma yang mengandung agen kolinergik yakni Pilocarpine (Carpine, Isopto).

Efek samping obat ini terkadang membuat pandangan kabur, redup, dan rabun jauh.

Baca juga: 4 Penyebab Mata Merah dan Cara Menghilangkannya

7. Obat kombinasi

Dokter terkadang juga meresepkan obat kombinasi bagi penderita yang membutuhkan lebih dari satu jenis pengobatan.

Contoh obat kombinasi untuk glaukoma antara lain Timolol dan Dorzolamide (Cosopt), Brimonidline dan Timolol (Combigan), dan Brimonidine dan Brinzolamide (Simbrinza).

American Academy of Ophthalmology menyarankan setiap penderita berkonsultasi ke dokter sebelum menggunakan obat glaukoma.

Sampaikan kepada dokter yang menangani terkait semua obat dan suplemen yang Anda konsumsi. Paslnya, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping tertentu saat diminum dengan obat lain.

Pastikan Anda menyampaikan kepada dokter apabila obat yang diresepkan memiliki efek samping.

Hindari mengubah atau berhenti minum obat glaukoma tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau