Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Stigma untuk Dukung Penanggulangan TBC

Kompas.com - 16/06/2021, 12:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

“Kita sudah memiliki banyak kebijakan yang dapat digunakan sebagai tools untuk advokasi. Tapi, sebaik-baiknya kebijakan, apabila tidak ada pengawalan atau koridor yang memastikan kebijakan tersebut sesuai, tetap akan muncul kemungkinan terjadinya pelanggaran atau ketidaksesuaian dalam implementasinya,” kata dia.

Sementara itu, anggota Komisi IX DPR RI, Putih Sari, berharap bahwa pandemi Covid-19 agar tidak menjadi penghambat dalam penanggulangan TBC. Pemerintah dan pihak-pihak terkait bisa menumpangi penanganan pandemi untuk menanggulangi TBC di Indonesia.

Contoh stigma negatif pasien TBC

Stigma TBC dapat terjadi dari dalam diri pasien maupun dari lingkungan, termasuk di fasilitas kesehatan.

Seorang penyitas TBC, Ani Herna Sari, bercerita pernah mendapatkan perlakukan diskriminatif ketika akan melahirkan. Dia mengaku saat melahirkan ditanganai di ruang isolasi padahal sudah tidak dalam masa penularan TBC resisten obat.

“Saya ditangani di ruangan isolasi untuk mengobati paru-paru saya, bukan di tempat penanganan persalinan. Bayi saya yang baru berusia satu hari mengalami kepala rata di sebelah kanan karena harus minum susu dari botol yang disandarkan, tidak langsung menyusui ibunya,” tutur Ani dalam risil yang dikirim SPTI.

Ani menambahkan bahwa akses layanan TBC sebenarnya sudah tersedia secara gartis. Namun, menurut dia, tidak semua orang mengetahui hal itu sehingga perlu disosialisasikan lebih luas lagi.

Baca juga: 7 Kelompok Orang yang Rentan Terjangkit Tuberkulosis (TBC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau