Droplet dari orang tersebut dapat masuk ke tubuh melalui hidung, mulut, atau mata.
Begitu masuk ke tubuh, virus corona memasuki sel melalui enzim yang disebut reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).
Baca juga: Mengenal Perbedaan Varian Alpha, Beta, dan Delta dalam Kasus Covid-19
Virus ini bersifat neuro-invasif, artinya dapat memasuki jaringan otak.
Dalam sebuah studi berjudul “Neurological Manifestations of COVID?19: A systematic review and current update” menemukan bahwa beberapa orang yang memiliki Covid-19 mengalami komplikasi seperti kesadaran yang berubah atau ensefalopati.
Ensefalopati adalah istilah umum yang mengacu pada kerusakan atau penyakit otak.
Sebuah studi terbaru berjudul “Inflammatory Leptomeningeal Cytokines Mediate COVID-19 Neurologic Symptoms in Cancer Patients” menemukan peningkatan kadar sitokin inflamasi dalam cairan yang mengelilingi otak beberapa minggu setelah infeksi Covid-19.
Sitokin adalah molekul yang diproduksi oleh sistem kekebalan yang mendorong peradangan.
Peradangan di otak menghambat kemampuan neuron untuk berkomunikasi.
Kondisi ini mungkin salah satu faktor yang berkontribusi terhadap brain fog.
Para peneliti juga telah mengidentifikasi perubahan mikrostruktur di hippocampus dan area otak lainnya setelah Covid-19.
Baca juga: Bisakah Vaksin Melawan COVID-19 Varian Delta?
Mereka percaya bahwa perubahan ini juga dapat menyebabkan gangguan kognitif.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan gejala brain fog muncul, yakni sebagai berikut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.