Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlihat Sama, Ini Beda OCD dan Perfeksionisme

Kompas.com - 31/01/2022, 07:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang mengira bahwa ganguan onsesif kompulsif (OCD) dan perfeksionisme adalah hal yang sama.

Biasanya, orang-orang yang memiliki sifat perfeksionis seringkali diklaim sebagai penderita OCD.

OCD memang bisa terjadi karena adanya dorongan sifat perfeksionisme. Namun, OCD dan perfekksionisme adalah dua hal yang berbeda.

"Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif tahu bahwa perilaku mereka bermasalah tetapi mereka tidak bisa menghentikannya. Orang dengan perfeksionisme tidak peduli – itu membuat hidup mereka teratur,” ucap psikiater Joseph Baskin.

Baca juga: Teh Hijau, Herbal Terbaik untuk Memperlambat Penuaan

Apa itu OCD?

OCD adalah gangguan kesehatan mental yang melibatkan pikiran atau desakan yang berulang dan tidak diinginkan yang menyebabkan seseorang cemas.

Untuk mengurangi kecemasan itu, penderita melakukan tindakan kompulsif – terkadang tindakan yang tidak selalu terkait dengan ketakutan atau kecemasan yang ingin mereka atasi.

Mereka mungkin mengerti bahwa apa yang mereka lakukan tidak rasional tetapi masih menghabiskan waktu berjam-jam sehari untuk melakukannya.

Misalnya, seseorang dengan pikiran obsesif tentang keselamatan mereka sendiri atau keselamatan orang yang mereka cintai mungkin merasa perlu untuk membuka dan mengunci kembali pintu depan mereka belasan kali sebelum meninggalkan rumah.

"Mereka tahu bahwa hal itu tak harus mereka lakukan Namun jika tidak dilakukan, mereka bisa mengalami kecemasan yang dahsyat," tambahnya.

Beda OCD dan Perfeksionisme

Orang yang memiliki sifat perfeksionisme juga memiliki kebiasaan atau ritual yang mereka ikuti secara kaku, seperti rutinitas pagi tertentu atau cara mengatur meja mereka di tempat kerja.

Namun jika tidak melakukannya, mereka tidak akan merasa cemas.

“Orang yang perfeksionis puas melakukan hal-hal itu karena itu bekerja dengan baik untuk mereka, bahkan jika itu membuat orang lain gila,” kata Baskin.

Seseorang yang perfeksionis memiliki harapan yang tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
Sifat kepribadian ini biasanya dikaitkan dengan organisasi yang baik dan perilaku yang berorientasi pada tujuan.

Namun, di sisi lain, standar yang tinggi ini juga dapat mendorong orang menjadi sangat kritis terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.

Baca juga: 8 Makanan Sederhana yang Bisa Menurunkan Kolesterol

"Gangguan obsesif kompulsif biasanya diobati dengan kombinasi atau psikoterapi dan obat-obatan," Dr. Baskin.

Terapi OCD dilakukan dengan pendekatan yang bertujuan membantu penderita berhenti melawan kenyataan dan melepaskan apa yang tidak dapat mereka kendalikan.

Terkadang, dokter juga memberikan pasien OCD terapi dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), jenis obat yang biasa diresepkan untuk gangguan kesehatan mental.

Sementara itu, orang yang perfeksionis biasanya tidak membutuhkan terapi khusus. Namun, mereka bisa mendapat manfaat dari psikoterapi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Anak dengan Kelainan Celah Bibir dan Langit-langit Mulut Berisiko Alami Ganggu Perkembangan

Anak dengan Kelainan Celah Bibir dan Langit-langit Mulut Berisiko Alami Ganggu Perkembangan

Health
6 Ciri-ciri Sakit Ginjal pada Wanita dan Pria, Jangan Sampai Terlambat

6 Ciri-ciri Sakit Ginjal pada Wanita dan Pria, Jangan Sampai Terlambat

Health
Belajar dari Menkes, Apakah Miliki Lingkar Pinggang Besar Bahaya? Ini Ulasannya…

Belajar dari Menkes, Apakah Miliki Lingkar Pinggang Besar Bahaya? Ini Ulasannya…

Health
Mengenal Lemak Visceral yang Bikin Ukuran Celana Melebar

Mengenal Lemak Visceral yang Bikin Ukuran Celana Melebar

Health
Gangguan Bipolar dan Skizofrenia: Pentingkah Minum Obat?

Gangguan Bipolar dan Skizofrenia: Pentingkah Minum Obat?

Health
Apakah Baik Minum Kopi Tanpa Gula di Pagi Hari? Ini Penjelasannya...

Apakah Baik Minum Kopi Tanpa Gula di Pagi Hari? Ini Penjelasannya...

Health
Apa Ciri-ciri Ginjal Tidak Sehat? Ini 8 Tanda yang Perlu Diwaspadai…

Apa Ciri-ciri Ginjal Tidak Sehat? Ini 8 Tanda yang Perlu Diwaspadai…

Health
Perbedaan Gangguan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak, Ini Kata Pakar

Perbedaan Gangguan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak, Ini Kata Pakar

Health
Menkes: Ukuran Celana 33 Bisa Jadi Sinyal Visceral Fat, Apa Bahayanya?

Menkes: Ukuran Celana 33 Bisa Jadi Sinyal Visceral Fat, Apa Bahayanya?

Health
Dokter: HPV Penyebab Kanker Serviks Tidak Hanya Bisa Menular Melalui Hubungan Seksual

Dokter: HPV Penyebab Kanker Serviks Tidak Hanya Bisa Menular Melalui Hubungan Seksual

Health
Kanker Serviks Jadi Kanker Paling Mematikan Kedua pada Wanita, Ini Penyebabnya…

Kanker Serviks Jadi Kanker Paling Mematikan Kedua pada Wanita, Ini Penyebabnya…

Health
Satu Data Kesehatan, Cara Pemerintah Pantau Kondisi Jemaah Haji Real Time

Satu Data Kesehatan, Cara Pemerintah Pantau Kondisi Jemaah Haji Real Time

Health
Diabetic Foot Bisa Berujung Amputasi, Dokter Ungkap Cara Mencegahnya

Diabetic Foot Bisa Berujung Amputasi, Dokter Ungkap Cara Mencegahnya

Health
Eksim Kambuh di Rumah? Ini Tips Mengatasinya dari Dokter Kulit

Eksim Kambuh di Rumah? Ini Tips Mengatasinya dari Dokter Kulit

Health
Minuman Matcha Sedang Tren, Ini Manfaatnya bagi Kesehatan

Minuman Matcha Sedang Tren, Ini Manfaatnya bagi Kesehatan

Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau