KOMPAS.com - Beberapa minggu terakhir, kabar mengenai merebaknya virus cacar monyet atau monkeypox menjadi banyak perhatian.
Ini tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Apalagi saat ini pandemi Covid-19 belum usai dan disusul dengan ditemukannya berbagai kasus hepatitis misterius yang menyerang anak-anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menaruh perhatian besar pada berbagai kasus cacar monyet ini.
Baca juga: Cacar Monyet
WHO memperingatkan bahwa kemungkinan virus ini akan makin menyebar di berbagai negara.
Hingga Sabtu (21/05/2022), setidaknya sudah ada 92 kasus yang terkonfirmasi dan 28 kasus dugaan cacar monyet dari 12 negara non-endemik.
Di Indonesia sendiri, hingga Senin (23/05/2022), belum ada laporan resmi mengenai kasus cacar monyet.
Meski begitu, kita tidak boleh lengah dan perlu mengantisipasinya. Apalagi saat ini telah terkonfirmasi dua kasus di Australia.
Sebelum membahas pencegahannya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu bahwa cacar monyet merupakan infeksi zoonosis.
Artinya, penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia.
Lebih lanjut Kompas.com meminta keterangan kepada Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SpKK(K), FINSDV, FAADV mengenai penyakit ini.
Dalam kesempatan tersebut Praetyadi menjelaskan, "Monkeypox sebenarnya merupakan infeksi zoonosis yang disebabkan oleh Pox Virus. Menurut klasifikasi virus ini termasuk dalam famili kelompok virus Poxviridae, menyebab cacar Smallpox."
"Smallpox atau Variola sudah dinyatakan tidak ada sejak puluhan tahun lalu, terkait keberhasilkan vaksinasi," sambungnya.
Baca juga: Bagaimana Mencegah Penularan Cacar Monyet?
Staff pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ini juga menjelaskan bahwa sebenarnya cacar monyet banyak dijumpai di benua Afrika dan jarang menyebar di tempat lain.
"Oleh karena mobilitas dan dinamika tinggi sejalan dengan kemajuan tehnologi, sehingga bisa keluar wilayah Afrika," kata Prasetyadi.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Kompas.com juga mendapat keterangan dari dr. Pratiwi Prasetya Primisawitri, mahasiswa PPDS-DV yang bertugas di Poliklinik Infeksi Tropik KSM Ilmu Dermatologi dan Venereologi RSUD dr. Moewardi.