Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Beda Hepatitis Virus dan Hepatitis Non-spesifik

Kompas.com - 23/07/2022, 06:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELUM lagi usai dengan pandemi Covid-19, dunia sudah dikejutkan dengan wabah baru, yaitu hepatitis non-spesifik etiologi berat pada anak. Wabah ini pertama kali ditemukan di Skotlandia, sehingga wawasan tentang penyakit ini juga berdasarkan laporan tersebut.

Meski di Indonesia kasus ini sudah dilaporkan, namun pemahaman klinis tetap berdasarkan laporan dari luar negeri. Karena itu, ada beberapa sejawat yang meminta mengulasnya berdasarkan mekanisme autofagi.

Keluhan atas penyakit ini disebut sebagai non-spesifik etiologi karena penyebab utamanya belum diketahui. Para kelompok antivaksin segera menuduh keluhan tersebut berasal dari pemberian vaksin. Namun hal ini dengan mudah dapat dibantah karena jumlahnya jauh sangat sedikit dibandingkan penerima vaksin itu sendiri.

Baca juga: WHO: 35 Negara Laporkan Dugaan Kasus Hepatitis Akut Misterius Anak

Beberapa laporan dari Inggris dan Amerika Serikat (AS) juga menyebut keterlibatan infeksi SARS Cov dan Adenovirus, bukan dari vaksin itu sendiri. Padahal gejala klinisnya sama. Jadi tidak tepat jika menuduh vaksinasi sebagai penyebabnya.

Ada perbedaan gejala yang mencolok antara hepatitis virus dengan hepatitis non-spesifik. Pada hepatitis virus, keluhan ikterik atau kuning menjadi keluhan yang paling dominan. Peningkatan transaminase merupakan manifestasi jika keluhan berlanjut. Sedangkan pada hepatitis non-spesifik kelemahan yang disertai peningkatan kadar serum transaminase yang tinggi.

Ikterik terjadi jika keluhan berlanjut lebih berat. Perjalanan penyakitnya seolah berlawanan. Perbedaan ini memberikan pemahaman baru. Baik pada hepatitis non-spesifik maupun hepatitis virus.

Keluhan ikterik menunjukkan jika masalah utama bukan pada liver, melainkan di darah. Bilirubin yang memberikan warna kuning (ikterik) merupakan produk akhir hasil pemecahan hemoglobin. Tak heran jika angka bilirubin yang tinggi juga akan disertai dengan keluhan anemia (kurang darah).

Artinya, infeksi virus pertama kali menyerang eritrosit. Virus bereplikasi di dalam eritrosit. Hal ini sangat unik karena di dalam eritrosit tidak ditemukan adanya ribosom. Ribosom ini adalah organel sel yang mampu mereplikasi atau mensintesa protein.

Di dalam eritrosit juga tidak ditemukan adanya lisosom. Lisosom  ini yang berfungsi untuk mencerna jika ada infeksi virus atau bakteri. Masuknya virus ke dalam liver justru sangat menguntungkan inang karena sel-sel liver kaya dengan lisosom dan peroksisom, sehingga virus dapat dicerna dan dihentikan penyebarannya.

Sayangnya, untuk mengaktifkan lisosom dan peroksisom sel harus berada dalam kondisi hipoglikemia. Pada buku-buku hepatologi biasanya disebutkan keluhan akan membaik setelah terjadinya ikterik. Hal ini bisa ditafsirkan telah terjadi perpindahan virus dari darah ke liver. Virus dicerna oleh lisosom dan peroksisom di dalam liver. Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan antigen serum negatif.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+