KECERDASAN buatan (Artificial Intelligence/AI), rasa-rasanya takkan bisa dibendung untuk menyelusup dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat global umumnya dan khususnya Indonesia.
Terlebih dalam episode panjang pandemi yang naik turun saat ini, maka sesungguhnya bicara AI tak lagi sekadar bicara teknologi informasi komunikasi.
Simak dua best practise AI di bidang kesehatan mutakhir. Pertama, para peneliti Rutgers University sebagaimana dipublikasikan jurnal ilmiah Human Genetics (2022), telah menggabungkan pengurutan genom dengan teknik pembelajaran mesin (machine learning).
Menurut penelitian Rutgers University ini, analisis khusus genom wanita dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinannya mengalami salah satu bentuk keguguran yang paling umum.
Pengetahuan ini, menurut para ilmuwan, dapat membantu para pasien dan para dokter membuat penilaian yang lebih terdidik tentang pilihan reproduksi dan strategi perawatan kesuburan mereka.
Dalam studi ini, para peneliti Rutgers menerapkan sebuah teknik yang menggabungkan pengurutan genom dengan metode pembelajaran mesin untuk memprediksi kemungkinan seorang wanita keguguran karena aneuploidi sel telur (sel telur manusia dengan jumlah kromosom yang tidak normal).
AI dengan segala metodenya benar-benar sudah melampaui naturalnya di bidang TIK. Namun juga di bidang kesehatan manakala infertilitas menjadi kondisi kesehatan reproduksi yang serius yang memengaruhi sekitar 12 persen wanita usia reproduksi di Amerika Serikat.
Kedua, dengan menggabungkan algoritma pembelajaran mendalam dan metode statistik, peneliti dari Institute of Evolutionary Biology (IBE), Centro Nacional de Análisis Genómico (CNAG-CRG) dari Center for Genomic Regulation (CRG) dan Institute of Genomics di Universitas Tartu telah mengidentifikasi dalam genom individu Asia, jejak nenek moyang yang tak diketahui pada puluhan ribu tahun yang lalu.
Seperti dipublikasikan jurnal Nature Communications (2019), analisis komputasi DNA manusia modern menunjukkan bahwa spesies nenek moyang yang punah tersebut adalah hibrida dari Neanderthal dan Denisovans dan dikawinkan silang dengan manusia modern Out of Africa di Asia.
Para peneliti tersebut kembali menggunakan pendekatan AI, yakni pembelajaran mesin untuk menjelaskan evolusi manusia, membuka jalan bagi penerapan teknologi ini dalam pertanyaan lain dalam biologi, genomik, dan evolusi.
"Peneliti menemukan algoritma yang meniru cara sistem saraf mamalia bekerja, dengan neuron buatan berbeda yang mengkhususkan diri dan belajar mendeteksi, dalam data, pola yang penting untuk melakukan tugas tertentu," tulis Oscar Lao, peneliti utama di CNAG-CRG dan ahli dalam jenis simulasi ini.
Algoritma mampu memprediksi demografi manusia menggunakan genom yang diperoleh melalui ratusan ribu simulasi.
Setiap kali menjalankan simulasi, mereka melakukan perjalanan di sepanjang jalur yang mungkin dalam sejarah umat manusia.
Sebagai negara besar di dunia, Indonesia tentunya menemui problematika kesehatan yang sangat menantang.
Jika di negara maju level Amerika Serikat bisa sampai memprediksi keguguran, maka sudah terbayang betapa manfaatnya AI di negeri ini.