Walau dapat didiagnosis secara klinis, penegakkan diagnosis pasti harus melalui pemeriksaan patologi anatomik pada jaringan yang dilakukan setelah evakuasi jaringan.
Pada gambaran USG kehamilan anggur lengkap, dapat ditemukan massa heterogen dengan beberapa ruang kosong berbatas tegas; temuan ini seringkali disebut sebagai pola “badai salju”.
Pada kehamilan anggur lengkap, tidak ditemukan adanya janin ataupun cairan ketuban (amnion). Sementara itu, pada gambaran USG kehamilan anggur sebagian, dapat ditemukan janin serta cairan ketuban meski umumnya ukuran janin dan volume cairan ketuban kecil.
Dapat pula ditemukan gambaran plasenta abnormal, seperti ruang kistik yang membesar yang sering disebut pola “keju Swiss”. Akan tetapi, kehamilan anggur sebagian salah terdiagnosis sebagai keguguran inkomplit (tidak lengkap) pada 15—60 persen kasus karena masih terdapat janin dan cairan ketuban pada kehamilan anggur.
Kehamilan anggur merupakan kondisi kehamilan yang harus segera diakhiri. Pada ibu hamil yang telah terdiagnosis kehamilan anggur secara klinis, kuretase hisap (suction curretage) merupakan pilihan utama dalam terminasi kehamilan anggur.
Sebelum dilakukan tindakan kuretase, ada beberapa persiapan yang diperlukan. Pasien perlu menjalani pemeriksaan darah lengkap, pembekuan darah, fungsi ginjal, fungsi hati, dan skrining golongan darah.
Baca juga: Kapan Boleh Hamil Setelah Keguguran Tanpa Kuret?
Setelah persiapan pra-operasi sudah dilakukan, tindakan umumnya akan dilakukan di bawah anestesi atau bius umum, tetapi dapat pula dilakukan dengan bius lokal atau regional.
Kemudian, dilakukan pelebaran serviks yang diikuti dengan kuretase hisap. Kuretase hisap dapat dibantu dengan USG agar meminimalisasi peluang terjadinya perdarahan serta memastikan jaringan yang dievakuasi sudah semaksimal mungkin. Setelah selesai dilakukan kuretase vakum, dapat dilakukan kuretase tajam untuk memastikan evakuasi jaringan dari rahim sudah lengkap.
Selain kuretase, ada pilihan penanganan lain untuk kasus kehamilan anggur. Histerektomi, atau operasi pengangkatan rahim, merupakan pilihan evakuasi kehamilan anggur pada pasien yang sudah tidak menginginkan kehamilan lagi, terutama pada wanita berusia di atas 40 tahun.
Hal ini disebabkan tingginya risiko terjadinya keganasan pada jaringan sisa pada kelompok usia tersebut. Risiko terjadinya keganasan pada pasien yang menjalani tindakan histerektomi hanya sekitar 3—5 persen dibandingkan dengan 15—20 persen pada pasien yang menjalani evakuasi dengan kuretase.
Setelah dilakukan tindakan, baik kuretase maupun histerektomi, kadar beta-hCG pada pasien perlu dipantau secara berkala dalam periode waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya perkembangan jaringan sisa pada rahim menjadi keganasan trofoblastik.
Pada kehamilan anggur lengkap, pemantauan perlu dilakukan hingga 6 bulan, sedangkan pada kehamilan anggur sebagian, pemantauan dapat dihentikan ketika kadar beta-hCG sudah terkonfirmasi normal.
Kadar beta-hCG seharusnya kembali menjadi tidak terdeteksi apabila jaringan sudah dievakuasi sepenuhnya. Jika kadar beta-hCG masih terus terdeteksi, dapat disebabkan oleh jaringan kehamilan anggur yang menembus dinding otot rahim sehingga tidak dapat dievakuasi via kuretase, atau dapat disebabkan oleh adanya keganasan.
Karena perlunya pemantauan beta-hCG pascaevakuasi kehamilan anggur, pasien dianjurkan untuk menunda kehamilan selama pemantauan karena kehamilan dapat kembali membuat beta-hCG terdeteksi kembali. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk rutin melakukan kontrol untuk memastikan bahwa tidak ada komplikasi yang terjadi setelah tindakan evakuasi kehamilan anggur.
Baca juga: Mengenal Histerektomi, Tindakan Operasi Pengangkatan Rahim
Kehamilan anggur merupakan suatu kondisi kehamilan yang sulit dikenali dari tanda dan gejalanya karena mirip seperti kehamilan pada umumnya. Apabila terjadi perdarahan jalan lahir pada trimester pertama kehamilan, perlu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan anggur dan dilakukan evaluasi menyeluruh oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Jika sudah terdiagnosis secara klinis, evakuasi isi jaringan perlu segera dilakukan, baik dengan kuretase maupun pengangkatan rahim, karena kehamilan anggur tidak dapat diteruskan. Mengingat adanya kemungkinan perkembangan menjadi suatu penyakit keganasan, pasien yang sudah terkonfirmasi mengalami kehamilan anggur perlu untuk dievaluasi secara berkala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.