Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompasianer Saverinus Suhardin

Blogger Kompasiana bernama Saverinus Suhardin adalah seorang yang berprofesi sebagai Perawat. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

One Health, Satu Solusi untuk Semua

Kompas.com - 22/09/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA baru saja menarik napas lega setelah grafik pandemi Covid-19 melandai. Namun, kita kemudian dikejutkan lagi dengan ancaman wabah baru yang sudah masuk ke Indonesia, yaitu monkeypox atau cacar monyet.

Kita mungkin bertanya, ini apa lagi dan kenapa wabah penyakit semacam itu tidak pernah selesai?

Penyakit cacar monyet dan Covid-19 memang berbeda kalau ditinjau dari manifestasi yang ditunjukkan individu yang terinfeksi. Namun, kalau kita menelisik akar masalahnya, keduanya sama-sama masuk dalam kategori zoonosis, penyakit pada binatang yang dapat ditularkan pada manusia.

Di tengah gempuran wabah zoonosis yang membuat status kesehatan dunia terguncang, para ilmuwan sebenarnya sudah berhasil merumuskan sebuah pendekatan yang diberi nama One Health. Langkah inovatif tersebut diprediksi dapat menjinakkan ancaman zoonosis berikutnya.

Baca juga: Cegah Pandemi Baru, Konsep One Health Harus Diutamakan

Namun, pendekatan One Health yang secara substansi sangat bagus itu belum tentu dapat diimplementasikan karena tidak semua tahu, mau, dan mampu menjalankannya. Karena itu, kita perlu mengetahui seluk-beluk pendekatan One Health tersebut, sehingga masing-masing kita bisa menjadi satu komponen penting yang memiliki peran menyukseskan program tersebut.

Bersatu untuk sehat

Secara umum, One Health dikenal sebagai pendekatan yang melibatkan semua orang dari lintas profesi dan instasi; dari tingkat lokal hingga global untuk mencapai kesehatan bersama dengan pemahaman yang sama tentang hubungan antara manusia, hewan, dan lingkungan hidup.

Berdasarkan konsep tersebut, penyakit zoonosis sebenarnya tidak ujug-ujug muncul pada manusia. Ada proses penjang yang melibatkan tiga komponen utama, yaitu manusia, hewan dan lingkungan hidup.

Karena itu, kita perlu mengenal beberapa mekanisme penyakit zoonosis yang terjadi selama dua dekade belakangan.

Pertama, wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang terjadi tahun 2002. Setelah diselidiki hingga 2003, ternyata virus pemicunya terdeteksi pada hewan liar yang dijual untuk konsumsi manusia.

Baca juga: Perbedaan COVID-19 dan SARS serta Cara Penularannya

Kedua, penyebaran flu burung yang disebabkan virus H5N1 juga berkaitan dengan hewan, khususnya golongan unggas.

Antara tahun 2003-2004, konsep One Health mulai dikenalkan sebagai respons dari beberapa penyakit zoonosis yang telah terjadi.

Ketiga, serangan zoonosis masih terjadi tahun 2012 di Arab Saudi, yaitu Middle East respiratory syndrome (MERS). Virus itu teridentifikasi pada unta dan ketika sudah tertular pada manusia, orang yang tertular itu berpotensi menularkan pada orang lain.

Keempat, SARS-CoV-2 yang menyebakan pandemi Covid-19 juga teridentifikasi pada hewan kelelawar yang dijual bebas pada salah satu pasar tradisional di Wuhan, China. Dampak pandemi ini sangat besar dan hampir terjadi di seluruh dunia.

Kelima, baru-baru ini kita mendengar munculnya wabah monkeypox atau cacar monyet. Sesuai namanya, virus cacar ini awalnya teridentifikasi pada monyet. Tetapi dalam perkembangan penyelidikan, ternyata virus yang sama ada juga di hewan pengerat seperti tupai, tikus, dan sebagainya.

Itulah deretan beberapa kasus zoonosis yang cukup menyita perhatian selama ini. Tapi, tidak menutup kemungkinan masih ada hal lain belum teridentifikasi dengan baik.

Baca juga: Pakar: Kematian akibat Zoonosis Capai 2,7 Juta Per Tahun di Dunia

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau