Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Pandemi Penyakit Zoonosis, G20 Perkuat Komitmen One Health

Kompas.com - 18/06/2022, 08:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Presidensi Indonesia G20 mengantisipasi maraknya penyakit zoonosis (penyakit pada hewan yang menular ke manusia) dengan memperkuat komitmen One Health.

Perlu diketahui, One Health adalah pendekatan yang mengusung konsep kesehatan manusia terkait erat kesehatan hewan dan lingkungan.

Pendekatan ini digunakan untuk merancang dan menerapkan kolaborasi program, kebijakan, regulasi, dan riset untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Baca juga: 3 Isu Kesehatan Utama yang Diusung G20

Juru Bicara Indonesia di G20 Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, konsep One Health disepakati forum G20 sebagai salah satu platform untuk memitigasi pandemi akibat zoonosis di masa depan.

“Saat ini hampir 60-70 persen penyakit zoonosis telah memicu pandemi,” kata Nadia di acara Temu Media Pre-Event The First Health Ministerial Meeting di Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Jumat (17/6/2022).

Menurut Nadia, konsep One Health direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Kesehatan Hewan Dunia, serta Badan Kesehatan Lingkungan Hidup Dunia.

Senada dengan Nadia, Team Leader Australia Indonesia Health Security Partnership John Leigh menyatakan, selama dua sampai tiga dekade terakhir, penyakit baru yang beredar dan mewabah di dunia adalah penyakit zoonosis.

Leigh berpendapat, semua negara perlu bergandengan tangan untuk melakukan pendekatan terpadu dalam memantau kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

“Harapannya, lebih banyak penyakit (zoonosis) yang bisa dicegah jika kita dapat memantau kondisi hewan dan lingkungan di sekitar kita” katanya di sela-sela Side Event One Health di Lombok, dilansir dari SehatNegeriku, Rabu (8/6/2022).

Baca juga: G20 Dukung Penyetaraan Sertifikat Digital Vaksin Covid-19

Penyakit zoonosis dari masa ke masa

Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), jutaan orang dan hewan di seluruh dunia setiap tahun terkena penyakit zoonosis.

Berdasarkan laporan CDC sekumpulan penyakit zoonosis yang teridentifikasi di antaranya:

  • Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang disebabkan virus dari simpanse dan sooty mangabey (1920)
  • Avian infectious bronchitis yang ditularkan dari ayam ke manusia (1931)
  • Virus west nile yang berasal dari burung (1937)
  • Virus zika yang dibawa hewan primata (1947)
  • Ebola dari kalelawar pemakan buah (1976)
  • Porcine epidemic diarrhea dari unta (2012)

Selain daftar panjang zoonosis di atas, warga ASEAN dan China menghadapi serangan wabah zoonosis dalam rentang waktu 19 tahun terakhir.

Di antaranya sindrom pernafasan akut parah (SARS) dan flu burung (H5N1) pada 2003, serta Covid-19 yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2 pada 2019 hingga sekarang.

Yang terbaru, peneliti dari Griffith University, Australia, menemukan varian virus Hendra dari kelelawar pemakan buah yang bisa menular ke hewan dan manusia. Penyakit ini sebelumnya sempat muncul pada 1994 dan 2016.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman juga menyebutkan, belakangan muncul wabah baru yang sebelumnya jarang menyerang secara luas. Salah satunya adalah cacar monyet atau monkeypox.

“Disadari atau tidak disadari, kita sering merusak lingkungan yang menyebabkan ekosistem semakin tidak berjalan seperti biasanya. Itu karena kehidupan manusia dan hewan batasnya semakin tipis,” katanya.

Menurut studi beberapa epidemiolog, fenomena zoonosis disebabkan punahnya sebagian hewan akibat kerusakan ekosistem, sehingga menyebabkan virus yang semula hidup di inang hewan berpindah ke manusia.

Selain menaruh perhatian pada antisipasi penyakit zoonosis, One Health juga fokus pada keamanan pangan dan memerangi resistensi antibiotik.

Baca juga: Rekam Jejak 10 Varian Covid-19 dari Alpha hingga Omicron

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com