Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Bolehkah Penderita Diabetes Konsumsi Makanan Manis?

Kompas.com - 19/10/2022, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUNGKIN ini kabar gembira untuk penderita diabetes. Selama ini penderita diabetes sangat tersiksa dengan pembatasan makanan.

Semua makanan manis terlarang bagi penderita diabetes. Anggapannya, makanan manis akan semakin meningkatkan kadar gula darah.

Anggapan ini lama bertahan. Akibatnya penderita diabetes menurun nafsu makannya. Takut makan. Padahal, anggapan ini ternyata keliru dan tidak memiliki dasar ilmiah sama sekali.

Gula darah naik bukan karena asupan dari luar

Sebetulnya peningkatan kadar glukosa darah pada penderita diabetes bukan karena asupan dari luar. Peningkatan kadar glukosa darah berasal dari proses yang ada di dalam tubuh. Atau biasa kita kenal sebagai glukosa endogen.

Baca juga: Bisakah Terkena Diabetes Karena Konsumsi Gula Berlebih?

Produksi glukosa endogen itu melalui dua cara, yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis. Proses ini diperantarai hormon glukagon.

Hormon glukagon, sebagaimana halnya insulin dihasilkan oleh pankreas, tetapi memiliki fungsi yang berbeda dengan insulin.

Jika insulin berperan sebagai hormon anabolik, yaitu hormon yang berperan dalam proses sintesa atau pembuatan zat yang dibutuhkan tubuh, maka glukagon berperan sebagai hormon katabolik, yaitu hormon yang berperan dalam proses pemecahan zat kompleks menjadi zat yang lebih sederhana, sehingga dapat dipergunakan oleh tubuh.

Pada kondisi diabetes, glukagon melakukan katabolisme jaringan lemak menjadi glukosa. Penyebabnya beragam. Biasanya berkaitan dengan kondisi stres, baik itu stres fisik maupun stres psikis.

Kondisi stres, baik fisik ataupun psikis, akan memicu pelepasan adrenalin dan noradrenalin. Kedua hormon ini akan memicu pelepasan glukagon dari sel alfa pankreas.

Pelepasan glukagon akan meningkatkan produksi gula di hati. Sayangnya kenaikan kadar gula darah ini tidak memicu pelepasan insulin.

Baca juga: Diabetik Makular Edema Sebabkan Kebutaan pada Pasien Diabetes, Bisakah Disembuhkan?

Bukti ini pernah didemonstrasikan Roger Unger, seorang ahli endokrinologi asal Amerika Serikat. Beliau memperlihatkan pemberian glukosa langsung ke dalam darah melalui vena tidak merangsang pelepasan insulin. Gula darah penerima tetap tinggi, walau sukarelawan tersebut tidak memiliki riwayat diabetes.

Sebaliknya saat sukarelawan diberi gula peroral maka tak lama kemudian gula darahnya turun. Hal ini menunjukkan adanya rangsangan pelepasan insulin.

Ternyata rangsangan pelepasan insulin dilakukan oleh hormon yang dihasilkan saluran cerna. Hormon-hormon tersebut disebut inkretin, singkatan dari intestinal secretion.

Saat ini telah diidentifikasi dua jenis inkretin yang berpengaruh pada pelepasan insulin dan glukagon. Hormon-hormon tersebut adalah GIP (glucose-dependent insulin peptide) dan GLP-1 (Glukagon Like Peptide 1).

GIP dan GLP-1 saat ini dianggap sebagai harapan dalam menuntaskan diabetes. GLP-1 dihasilkan oleh saluran cerna bagian atas yang disebut sel L. Sedangkan GIP dihasilkan oleh saluran cerna bagian bawah yang disebut sel K.

GIP dan GLP-1 memiliki efek ganda yaitu merangsang pelepasan insulin dan menghambat glukagon. GLP-1 juga memiliki efek menghambat pelepasan asam lambung dan pengosongan saluran cerna, sehingga memiliki efek untuk memberikan rasa kenyang lebih lama.

Saat ini, GLP-1 memperoleh perhatian sebagai obat untuk mengatasi obesitas. Sayangnya efek ini justru terbalik dengan GIP.

Rangsang pelepasan insulin yang terlalu masif mengakibatkan proses lipogenesis. GIP berperan dalam terjadinya obesitas. Hal ini terlihat pada pasien-pasien yang dilakukan operasi bariatrik, yaitu prosedur operasi dengan memotong sebagian saluran cerna pada pasien-pasien obesitas.

Namun operasi itu menimbulkan efek samping hipoglikemi post prandial, yaitu penurunan gula darah setelah makan akibat kondisi hiperinsulinemi. Penelitian inkretin memberikan harapan eradikasi diabetes dengan berbagai komplikasinya.

 

Kendalikan stres

Temuan ini juga memberikan pemahaman baru tentang lifestyle yang lebih tepat bagi para diabetesi. Pembatasan asupan makanan yang selama ini dilakukan ternyata sebuah kekeliruan. Pembatasan makanan justru akan memicu stres.

Baca juga: Suka Bergadang Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Jantung

Stres yang pada akhirnya akan memicu pelepasan glukagon, penyebab kondisi hiperglikemik.

Strategi penanganan diabetes terbaru adalah dengan mengatasi hal-hal yang memicu terjadinya pelepasan glukagon. Salah satunya dengan mengendalikan stres. Baik itu stres fisik dan terutama stres psikologis.

Strategi diharapkan akan memberikan kesembuhan total pada pasen diabetes. Bukan kondisi gula darah terkontrol. Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com