KOMPAS.com - Penggunaan gadget merupakan hal yang sulit dihindari oleh anak-anak dan remaja, terutama di era digital seperti sekarang. Bukan cuma untuk bermain games, seringkali gadget digunakan anak untuk mengerjakan tugas sekolah hingga menonton video edukasi yang dapat menambah wawasan.
Namun, orangtua juga perlu waspada mengenai dampak negatif penggunaan gawai yang terlalu sering karena dapat menimbulkan adiksi.
WHO sendiri telah memasukan kecanduan games ke dalam kategori gangguan jiwa baru yang disebut Gaming Disorder (GD). Penelitian menyebut, kebergantungan tinggi pada gawai meningkatkan risiko stres, cemas, sulit tidur, hingga bunuh diri.
Di Indonesia, kecanduan game dan gadget merupakan fenomena baru yang belum dianggap serius. Padahal, adiksi initerus bertambah. Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat mencatat lebih dari 19 anak anak dan remaja Indonesia kecanduan gadget.
Baca juga: Sejumlah Anak di Pati Dirawat di Bangsal Kejiwaan akibat Keranjingan Game dan Konten Porno
Media juga melaporkan, puluhan anak di Pati, Jawa Tengah harus menerima perawatan intensif di bangsal kejiwaan karena keranjingan video game maupun konten porno.
Psikolog Anak, Binky Paramitha, menyebutkan, beragam games online memang sangat menarik bagi anak-anak. Salah satunya adalah karena dunia games menawarkan hasil atau hadiah yang serba instan.
“Berbeda dengan dunia nyata yang harus ada prosesnya. Ketika bermain games juga kita bisa melakukan berbagai hal yang sulit dilakukan di dunia nyata, misalnya ngebut dengan mobil balap atau jadi juara sepak bola, misalnya,” papar salah satu pendiri lembaga psikologi Rumah Dandelion ini.
Selain itu, menurut dia pola asuh yang keliru juga memengaruhi kecenderungan anak jadi kecanduan gadget dan games. Misalnya saja pola atuh otoritarian yang penuh aturan ketat atau pun pola asuh permisif yang membuat anak diberi banyak kebebasan.
“Yang ideal adalah pola asuh berimbang. Di mana orang tua tetap memberikan kebebasan, kasih sayang, namun tetap ada aturan tertentu dan pengawasan. Kalau pola asuh otoritarian dan permisif bisa memberikan celah untuk anak menjadi lari ke dalam dunia games,” tuturnya.
Baca juga: 7 Dampak Kecanduan Gadget pada Kesehatan
Selain selalu menatap layar, ada beberapa gejala perubahan perilaku pada anak yang harus diwaspadai orangtua ketika anak mulai kecanduan gadget, antara lain,
- Malas makan
Kecanduan game dan gadget sangat mirip dengan kecanduan dengan hal-hal lainnya, seperti kecanduan judi bahkan zat adiktif, yang dapat membuat seseorang tidak peduli lagi pada hal-hal keseharian, termasuk melewatkan waktu makan.
“Sebenernya, kecanduan game ini mirip dengan kecanduan lainnya. Misalnya, seseorang sudah tidak memerhatikan kesehatannya, makan enggak bener, bahkan tidak mandi, dia maunya main terus,” jelas Binky.
- Sulit fokus
Anak yang kecanduan game juga akan sulit fokus, sehingga mengalami penurunan performa di sekolah.
“Pada anak-anak, biasanya sekolahnya mulai terkendala, sudah tidak fokus di sekolah, nilainya turun, dan sulit mengerjakan tugas-tugas di sekolah,” imbuhnya.
- Mudah marah
Orangtua juga harus mewasdapi jika anak jadi gampang marah dan. menangis (tantrum) ketika diminta menyerahkan gadgetnya atau berhenti bermain games.
“Kalau misalnya balita atau anak-anak sudah sangat melekat pada gadget, ketika diambil dia akan nangis luar biasa, pikirannya tuh ke gadgetnya lagi ke gadgetnya lagi,” kata Binky.
Baca juga: Jangan Gunakan Gadget untuk Menenangkan Anak
Untuk mencegah agar anak tidak sampai terlalu lekat dengan gadget, bahkan kecanduan, Binky menegaskan pentingnya melakukan pendampingan dan juga membuat batasan.
“Gadget bukan baby sitter anak, walau anak bisa anteng kalau sudah pegang gadget. Kita harus mendampingi, melihat seperti apa kualitas gamesnya, dan ditemani saat bermain. Beri batasan juga waktu bermainnya,” paparnya.
Untuk anak berusia di bawah dua tahun, idealnya anak belum diperkenalkan dengan gadget. Pada anak di atas dua tahun boleh diperkenalkan dengan durasi yang dibatasi.
Sedangkan anak yang sudah lebih besar, diijinkan dengan syarat sudah mengerjakan tugas sekolah dan tugas-tugas rumahnya.
Jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda gangguan, orangtua harus segera bertindak. Langka awal yang dapat dilakukan adalah berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
“Kalau mulai ada laporan nih dari guru, nilai anak menurun atau tidak fokus, atau di rumah sudah mulai ada gejala tantrum, pikirannya selalu ke gadget, nah kalau sudah seperti itu orangtua bisa berkonsultasi ke psikolog, seperti di Rumah Dandelion,” jelasnya.
Baca juga: Tidak Tepat Melarang Siswa Pakai Gawai di Sekolah dan Rumah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.