KOMPAS.com - Zat besi sangat penting untuk anak yang berada pada masa emas pertumbuhan dan perkembangan.
Dokter spesialis anak, dr. Ananta Fittonia Benvenuto, M.Sc, Sp.A dalam acara Aksi Gizi Generasi Maju, pada Kamis (10/2/2023) mengatakan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan zat besi sesuai jenjang usia, yang mengacu pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019.
Baca juga: 5 Penyebab Anemia pada Ibu Hamil, Tak Hanya Kekurangan Zat Besi
Dikutip dari Parents, bayi biasanya lahir dengan simpanan zat besi yang cukup untuk bertahan 4-6 bulan pertama.
Bayi yang menyusu selama 6 bulan pertama juga akan menyerap zat besi dari ASI.
Ibu menyusui yang anemia atau kekurangan zat besi, harus memeriksakan bayinya karena bisa kekurangan zat besi juga.
Begitu bayi mencapai usia 6 bulan, di mana masa pertumbuhan cepat dan dimulainya pemberikan MPASI, makanan pertama mereka harus diperkaya zat besi
Artikel ini akan mengulas secara ringkas apa manfaat zat besi untuk anak yang harus diperhatikan orang tua.
Baca juga: 11 Ciri-ciri Anak Kekurangan Zat Besi, Orangtua Perlu Waspada
Manfaat zat besi untuk anak sangatlah besar, dari mendukung perkembangan otak dan pertumbuhan fisik, yang pada akhirnya bisa berperan dalam mencegah stunting.
Dr. Ananta menjelaskan bahwa manfaat zat besi untuk anak terkait dalam perkembangan otak karena mineral ini memicu pembentukan selaput saraf (mielinisasi).
Selaput saraf nantinya akan membantu proses penerimaan informasi pada otak, sehingga dapat diserap secara efisien oleh anak.
Penerimaan informasi yang efisien akan meningkatkan proses belajar anak Anda.
Baca juga: 13 Tanda-tanda Anemia pada Anak yang Bisa Berbahaya
Manfaat zat besi untuk anak terkait pertumbuhan fisik dan energi anak karena mineral ini dibutuhkan untuk membuat hemoglobin.
Dikutip dari Parents, hemoglobin adalah komponen kunci sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh agar berfungsi optimal, termasuk ke otot dan otak.
Oksigen yang dibawa hemoglobin sangat penting untuk kinerja mental dan fisik manusia.
Kurangnya kadar zat besi pada tubuh anak bisa menyebabkan ia kurang konsentrasi, mudah tersinggung (iritabilitas), dan lesu.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya