Oleh: dr Paskalis Andrew Gunawan SpPD KGer (Internist, Geriatrician)*
SAYA sering didatangi lansia yang mengeluh cepat lelah. Tidak ada keluhan lain, itu saja.
Biasanya lansia tersebut sudah melakukan berbagai pemeriksaan sebelumnya, namun tidak ditemukan penyakit apa-apa.
Solusi yang ditawarkan biasanya hanya makan vitamin dan olahraga saja, tanpa mengetahui nama kondisinya.
Bila Anda, teman atau keluarga Anda mengalami keluhan serupa, sangat mungkin mengalami kondisi yang disebut sarkopenia.
Sarkopenia berasal dari bahasa Yunani "sarx" (otot) dan "penia" (kehilangan), merupakan keadaan di mana terjadi penurunan bertahap pada massa, kekuatan, dan fungsi otot seiring bertambahnya usia.
Selain faktor usia, faktor-faktor lain yang memengaruhi sarkopenia antara lain gaya hidup yang tidak aktif, nutrisi buruk, perubahan hormon, dan penyakit kronis (seperti diabetes dan hipertensi).
Lantas apa dampak sarkopenia terhadap kesehatan kita?
Sarkopeni menyebabkan rendahnya dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dan menurunkan kapasitas energi yang kita miliki untuk bertahan terhadap stres, sehingga memudahkan kita jatuh pada kondisi sakit berat atau kematian.
Secara garis besar dampak sarkopenia sebagai berikut:
1. Meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang: Penurunan massa dan kekuatan otot meningkatkan risiko terjatuh dan patah tulang pada orang lanjut usia.
Kejadian ini dapat memiliki konsekuensi serius, seperti penurunan mobilitas, rawat inap, dan ketergantungan pada orang lain.
2. Penurunan Kemandirian. Seseorang dengan sarkopenia akan mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, menaiki tangga, dan membawa barang belanjaan.
Penurunan kemandirian ini dapat mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan ketergantungan pada orang lain. Lansia yang bisa produktif malah menjadi beban sosial dan ekonomi.
3. Komplikasi metabolik dan kesehatan. Sarkopenia erat kaitannya dengan beberapa kondisi buruk dari metabolisme tubuh seperti resistensi insulin, toleransi glukosa yang buruk, dan penumpukan lemak.
Hal itu akan berujung ke pemburukan dan komplikasi lanjut dari penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
Lantas apa yang bisa dilakukan bila kita mengalami sarkopenia? Tidak usah khawatir, karena ada beberapa cara yang bisa dikerjakan untuk mencegah dan mengobati sarkopenia.
1. Aktivitas fisik dan latihan kekuatan otot. Membiasakan pola hidup yang aktif dan tidak lama berdiam diri, mengikuti aktivitas fisik secara teratur, termasuk latihan aerobik dan latihan kekuatan otot, sangat penting untuk melawan sarkopenia.
Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, dan angkat beban dapat mempromosikan perkembangan otot, meningkatkan kekuatan, dan meningkatkan fungsi fisik secara keseluruhan.
2. Nutrisi seimbang dengan protein. Mengonsumsi makanan seimbang dengan asupan protein yang cukup penting untuk kesehatan otot.
Makanan kaya protein, seperti daging tanpa lemak, ikan, produk susu, kacang-kacangan, dan biji-bijian, berkontribusi pada sintesis dan perbaikan otot.
3. Aktif secara sosial. Mempertahankan hubungan sosial yang baik dengan sekitar Anda serta berperan aktif dalam berbagai kegiatan bersama sangat penting dalam upaya mengatasi sarkopenia.
Adanya komunitas sosial membuat kita memiliki wadah untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman.
Kita juga dapat melakukan kegiatan olahraga bersama atau menjalankan pola makan tertentu bersama, sehingga lebih mudah dalam menjalankannya. Dua lebih baik dari satu dan satu ikat rotan tidak mudah patah dibandingkan hanya setangkai.
4. Melakukan pengkajian paripurna Geriatri. Pengkajian paripurna geriatri (Comprehensive Geriatric Assessment) merupakan metode pemeriksaan sistematik dan holistik yang dikerjakan oleh tim medis yang bertujuan menemukenali secara dini benih pada lansia yang berpotensi tumbuh menjadi pohon masalah dengan berbagai cabang-cabangnya.
Sarkopenia bukanlah suatu kondisi yang mendadak terjadi seperti batuk pilek, tapi merupakan suatu proses panjang bertahun-tahun yang terjadi pada otot kita.
Sayangnya kita tidak merasakan dampaknya di keseharian kita saat masih dini dan baru terasa saat sarkopeni sudah melewati ambang tertentu.
Deteksi dini sangat penting, karena lebih mudah menghancurkan benih (penyakit) daripada harus menebang pohon (penyakit) yang sudah besar dengan segala ranting-ranting dan buahnya.
Nah, setelah membaca tulisan ini, mari kita mulai lebih memperhatikan diri kita dan sekeliling. Apakah saya memiliki benihnya ataukah sudah memiliki pohon sarkopenia di dalam diri saya?
*Kepala Bagian Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.