KOMPAS.com - Gejala rabies harus diwaspadai semua orang. Sebab, penyakit tersebut masih menghantui banyak orang.
Rabies disebabkan oleh virus RNA yang berasal dari genus Lyssavirus. Virus rabies menjangkiti hewan, seperti kucing, anjing, kelelawar, rakun, sigung, dan sejenisnya.
Lalu menyebar ke manusia melalui gigitan hewan tersebut atau masuk ke luka terbuka.
Virus rabies sangat mematikan karena bisa menginfeksi sistem saraf pusat, yang pada akhirnya menyebabkan gangguan otak hingga kematian.
Baca juga: 4 Tanda-Tanda Cakaran Kucing yang Menyebabkan Rabies
Setelah terpapar rabies, virus akan melakukan perjalanan ke otak. Selama proses perjalanan ke otak virus belum menimbulkan gejala apapun.
Nah, fase tersebut dikenal dengan istilah masa inkubasi. Masa inkubasi ini biasanya terjadi dalam hitungan minggu hingga bulan.
Lamanya masa inkubasi ini tergantung banyak hal, seperti kekebalan tubuh dan lokasi paparan virus.
Baca juga: Ashanty Puasa 120 Jam, Ini Pendapat Dokter tentang Prolonged Fasting…
Gejala pertama yang muncul akibat rabies mirip dengan flu, seperti tubuh yang melemah, demam, dan sakit kepala.
Gejala juga bisa berupa munculnya sensasi gatal di tempat yang digigit hewan dan sensasi tusukan di tubuh.
Mungkin juga ada rasa tidak nyaman, tusukan, atau sensasi gatal di tempat gigitan. Gejala ini dapat berlangsung selama berhari-hari.
Baca juga: Bukan Iseng atau Bercanda, Tanda Tangan Emoji Senyum Kapolda Babel Ternyata Asli
Gejala kemudian berkembang menjadi disfungsi serebral, kecemasan, kebingungan, dan agitasi.
Seiring perkembangan penyakit, pasien rabies juga bisa mengalami delirium, perilaku abnormal, halusinasi, hidrofobia (takut air), dan insomnia.
Kemudian pasien bisa mengalami periode akut sekitar dua hingga 10 hari.
Baca juga: Penjualan Minuman Keras Jadi Alasan Warga Tolak Pembukaan Bar di Hotel Kartika One
Begitu tanda-tanda klinis rabies muncul, penyakit ini bisa berakibat fatal. Saat inilah dokter hanya bisa memberikan pengobatan suportif.
Penyakit rabies ada dua jenis, yaitu rabies ganas dan rabies paralitik.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya