KOMPAS.com - Rabies adalah salah satu penyakit yang belum ditemukan obatnya.
Bisa dibilang, penyakit ini sulit disembuhkan. Bahkan, pasien rabies yang menunjukan gejala kemungkinan besar akan berakhir pada kematian.
Kabar baiknya, rabies bisa dicegah dengan menggunakan vaksin.
Baca juga: Mendikdasmen Bolehkan "Study Tour", Dedi Mulyadi: Tidak Boleh Anak Piknik di Atas Rintihan Orangtua
Jika Anda digigit hewan liar yang berpotensi rabies, maka Anda disarankan untuk segera melakukan vaksinasi rabies demi mencegah penyakit ini.
Orang pertama yang mengembangkan vaksin rabies adalah ilmuwan asal Prancis bernama Louis Pasteur.
Nah, vaksin rabies ini pertama kali diujicobakan untuk manusia pada tanggal 6 Juli 1885.
Baca juga: Solidaritas Pemain Bajaj Bajuri Kuat, Rieke Diah Pitaloka Pastikan Anak Fanny Fadillah Tetap Sekolah
Saat itu, Louis Pasteur menyuntikkan 14 dosis pertama dosis pertama suspensi sumsum tulang belakang kelinci yang mengandung virus rabies.
Tentusaja virus rabies yang disuntikkan tersebut sudah dinonaktifkan atau dilemahkan.
Pasteur menyuntikannya kepada bocah berusia sembilan tahun, bernama Joseph Meister yang sudah digigit oleh anjing rabies dua hari sebelumnya.
Nah, hal tersebut telah menjadi awal era imunisasi modern.
Sebelum melakukan hal tersebut, Pasteur telah melakukan penelitian intensif selama empat bulan.
Baca juga: Apakah Rabies Bisa Disembuhkan? Simak Faktanya...
Usaha yang dilakukan Pasteur pun tak sia-soa. Penemuannya tersebut berhasil menyelamatkan bocah tersebut dari kematian.
Sejak saat itu, imunisasi rabies pun diadopsi di seluruh dunia.
Pengembangan vaksin rabies pun terus dilakukan di seluruh dunia.
Baca juga: Kisah Wartawan Senior Peter A. Rohi Terima Paket Kepala Manusia Saat Liputan Kasus Petrus
Pasteur mengembangkan vaksin rabies berdasarkan vaksin jaringan otak dengan tambahan formaldehida.