Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahami Gejala Rabies yang Harus Diwaspadai

Kompas.com - 14/07/2023, 20:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber CDC,WHO

KOMPAS.com - Gejala rabies harus diwaspadai semua orang. Sebab, penyakit tersebut masih menghantui banyak orang.

Rabies disebabkan oleh virus RNA yang berasal dari genus Lyssavirus. Virus rabies menjangkiti hewan, seperti kucing, anjing, kelelawar, rakun, sigung, dan sejenisnya.

Lalu menyebar ke manusia melalui gigitan hewan tersebut atau masuk ke luka terbuka.

Virus rabies sangat mematikan karena bisa menginfeksi sistem saraf pusat, yang pada akhirnya menyebabkan gangguan otak hingga kematian.

Baca juga: 4 Tanda-Tanda Cakaran Kucing yang Menyebabkan Rabies

Apa gejala rabies?

Setelah terpapar rabies, virus akan melakukan perjalanan ke otak. Selama proses perjalanan ke otak virus belum menimbulkan gejala apapun.

Nah, fase tersebut dikenal dengan istilah masa inkubasi. Masa inkubasi ini biasanya terjadi dalam hitungan minggu hingga bulan.

Lamanya masa inkubasi ini tergantung banyak hal, seperti kekebalan tubuh dan lokasi paparan virus.

Gejala pertama yang muncul akibat rabies mirip dengan flu, seperti tubuh yang melemah, demam, dan sakit kepala.

Gejala juga bisa berupa munculnya sensasi gatal di tempat yang digigit hewan dan sensasi tusukan di tubuh.

Mungkin juga ada rasa tidak nyaman, tusukan, atau sensasi gatal di tempat gigitan. Gejala ini dapat berlangsung selama berhari-hari.

Gejala kemudian berkembang menjadi disfungsi serebral, kecemasan, kebingungan, dan agitasi.

Seiring perkembangan penyakit, pasien rabies juga bisa mengalami delirium, perilaku abnormal, halusinasi, hidrofobia (takut air), dan insomnia.

Kemudian pasien bisa mengalami periode akut sekitar dua hingga 10 hari.

Begitu tanda-tanda klinis rabies muncul, penyakit ini bisa berakibat fatal. Saat inilah dokter hanya bisa memberikan pengobatan suportif.

Jenis-jenis rabies

Penyakit rabies ada dua jenis, yaitu rabies ganas dan rabies paralitik.

Rabies ganas bisa menyebabkan hiperaktif, perilaku bersemangat, halusinasi, kurangnya koordinasi, hidrofobia (takut air) dan aerofobia (takut angin atau udara segar).

Kematian terjadi setelah beberapa hari karena henti jantung-pernapasan.

Rabies paralitik menyumbang sekitar 20 persen dari jumlah total kasus manusia.

Jenis rabies ini tidak terlalu berbahaya dan biasanya proses penyebaran virus lebih lama.

Namun, rabies paralitik bisa menyebabkan otot berangsur-angsur menjadi lumpuh, mulai dari lokasi luka. Kemudian pasien bisa mengalami koma dan akhirnya kematian terjadi.

Baca juga: Siapakah Orang Pertama yang Menemukan Vaksin Rabies? Simak Faktanya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau