KOMPAS.com - Kasus Covid-19 atau infeksi virus corona SARS CoV-2 mengalami kenaikan di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa minggu terakhir.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan kasus positif Covid-19 dan lonjakan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), penyebab peningkatan jumlah kasus COVID-19 beberapa waktu terakhir lantaran gelombang Covid-19 musim panas di negara setempat.
Perlu diketahui, di beberapa negara, kasus Covid-19 selama beberapa tahun terakhir naik setiap musim panas dan musim dingin.
Baca juga: 19 Gejala Long Covid yang Perlu Diperhatikan Masyarakat
Peningkatan kasus Covid-19 di AS terpantau sejak pertengahan Juli 2023, meski demikian jumlahnya relatif rendah dibandingkan masa pandemi.
Namun, para ahli menyatakan masih belum cukup bukti bahwa kenaikan ini akan menyebabkan wabah yang lebih besar, meskipun ini tetap harus menjadi perhatian.
"AS telah mengalami peningkatan Covid-19 selama tiga musim panas terakhir, jadi tidak mengherankan jika jumlah pasien Covid-19 yang semakin banyak," ujar juru bicara CDC Kathleen Conley kepada CBS News.
Data CDC menunjukkan bahwa jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit yang tersebar di Amerika Serikat meningkat sebesar 10,3 persen dari 9 Juli hingga 15 Juli 2023.
Dikutip dari NPR, lonjakan pasien Covid-19 di RS tersebut tercatat paling tinggi sejak Desember 2022 lalu. Pasien yang dirawat kebanyakan kalangan lansia berumur 70 tahun ke atas.
Hingga kini sebanyak 7.000 ruang rawat inap digunakan untuk pasien Covid-19. Akan tetapi, kasus kematian akibat COVID-19 mengalami penurunan.
Perlu diketahui, terdapat 494 kasus kematian akibat Covid-19 di Amerika. Jumlah tersebut lebih sedikit dibanding dari data pada 24 Juni 2023 yaitu sebesar 549 jiwa.
Namun secara keseluruhan, bagan yang melacak informasi ini menunjukkan bahwa data di musim panas ini masih berada di bawah lonjakan yang terjadi musim dingin lalu.
Baca juga: Protokol Kesehatan Baru untuk Transisi Endemi Covid-19
Sebelum kasus Covid-19 terpantau meningkat di AS, beberapa negara juga mengumumkan kenaikan kasus infeksi virus corona ini.
Di Jepang, kasus Covid-19 tercatat naik empat kali lipat dari Mei hingga Juli 2023. Otoritas kesehatan setempat mengingatkan agar warga meningkatkan kewaspadaan pada penularan virus corona.
Selain itu, China juga melaporkan kenaikan kasus Covid-19 sejak awal 2023. Lonjakan penyakit menular ini ditengarai terjadi lantaran kebijakan pelonggaran pembatasan Covid-19 pada Desember 2022 dan musim dingin di negara setempat.
Setelah itu, Covid-19 di China naik lagi pada April sampai Juni 2023. Diperkirakan ada 11 juta sampai 65 juta kasus Covid-19 positif di Negeri Tirai Bambu itu pada gelombang kedua lonjakan infeksi corona ini.
Di Indonesia, kasus Covid-19 memang relatif terkendali. Meski ada kasus baru, jumlahnya tidak sebanyak di masa pandemi.
Selain itu, kebanyakan gejala Covid-19 yang dilaporkan cenderung ringan sampai sedang. Meski demikian, setiap orang terutama yang pernah tertular Covid-19 tetap perlu menjaga kesehatan dan kebersihan secara keseluruhan.
Pasalnya, orang yang pernah tertular berisiko mengalami long covid atau masalah kesehatan yang muncul pasca-Covid-19.
Berikut beberapa gejala long covid yang perlu diwaspadai:
Gejala-gejala long covid di atas bisa berlangsung selama berminggu-minggu, beberapa bulan, atau bertahun-tahun setelah terinfeksi.
Perlu diingat lagi, kenaikan kasus Covid-19 di AS dan beberapa negara lain bisa jadi indikator bahwa infeksi virus corona SARS-CoV-2 sewaktu-waktu masih bisa terjadi lagi.
Untuk itu, pastikan Anda sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dan booster sesuai anjuran pemerintah. Selain itu, gunakan masker dan segera lakukan tes Covid-19 jika merasa bergejala.
Baca juga: Kenali Apa Itu Konjungtivitis pada Varian Covid-19 Arcturus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.