KOMPAS.com - Buruknya kualitas udara di Jakarta membuat sejumlah warga menderita infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.
Selain polusi udara, penyebab ISPA di Jakarta juga dipengaruhi oleh iklim.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, saat ini sudah ada 100 ribu warga yang mengalami ISPA akibat fenomena tersebut.
Ispa merupakan infeksi saluran pernapasan atas, yakni hidung dan tenggorokan, akibat virus dan bakteri yang masuk ke tubuh.
Virus dan bakteri tersebut biasanya masuk melalui hidung dan mulut. ISPA bisa menular dari satu orang ke orang lain, melalui sentuhan, bersin, atau batuk.
Orang yang mengalami ISPA akan merasakan beberapa gejala, seperti hidung tersumbat, batuk, sakit kepala, dan demam.
Baca juga: Apakah Minum Es Bisa Menyebabkan Batuk? Ini Kata Dokter…
ISPA sebenarnya tidak berbahaya dan bisa sembuh dalam hitungan hari atau minggu. Namun jika dibiarkan berlarut-larut, ISPA juga bisa memicu komplikasi sebagai berikut:
Sinusitis adalah peradangan pada sinus yang bisa terjadi akibat infeksi bagian lain dari sistem pernapasan.
Jika Anda mengalami sinus lebih dari 10 hari tanpa ada perbaikan kondisi, sebaiknya segera hubungi dokter.
Anda juga bisa berpotensi sakit telinga setelah mengalami infeksi saluran pernapasan atas.
Sebab, virus atau bakteri di saluran pernapasan atas bisa menyebar dan menetap di telinga tengah.
Kondisi ini bisa menyebabkan penumpukan cairan di belakang gendang telinga.
Infeksi mata atau konjungtivitis juga bisa terjadi akibat virus atau bakteri di saluran pernapasan atas.
Virus atau bakteri tersebut berpindah ke mata dan menyebabkan mata memerah, dan tentunya disertai beberapa gejala pernapasan seperti batuk atau sakit tenggorokan.
Baca juga: 7 Obat Alami untuk Batuk Anak Balita Sebelum Bertambah Parah
Menurut American Lung Association, bakteri dan virus tertentu yang menyebabkan ISPA dapat menyebabkan pneumonia.
Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae.
Sedangkan virus yang sering menyebabkan pneumonia termasuk influenza dan respiratory syncytial virus (RSV).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.