KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar istikah FOMO? FOMO adalah singkatan dari fear out missing out.
Dalam bahasa Indonesia, FOMO bisa diartikan sebagai rasa takut ketinggalan.
Misalnya, Anda melihat postingan media sosial teman Anda sedang nongkrong di cafe estetik yang sedang viral atau ia memakai pakaian model terbaru.
Kemudian Anda merasa cemas dan sedih karena tidak bisa melakukan hal yang sama.
Baca juga: Kenali Apa Itu FOMO, Penyebab, dan Dampaknya pada Kesehatan Mental
FOMO bisa terjadi pada siapa saja. Namun, orang yang mengalami depresi dan kecemasan lebih rentan mengalami FOMO.
Sebab, penderita depresi dan kecemasan biasanya menarik diri dari lingkungan sosial.
Nah, ketika keterhubungan sosial ini tidak terpenuhi, maka mereka bisa mengalami FOMO.
FOMO juga bisa disebabkan karena penggunaan media sosial berlebihan.
Sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa penggunaan media sosial yang lebih banyak setiap hari bisa memicu gangguan kecemasan.
Riset 2022 juga menunjukkan bahwa gejala depresi dan kecemasan semakin memburuk seiring dengan semakin lamanya kita menggunakan media sosial.
Baca juga: Dampak Media Sosial bagi Kesehatan Mental Anak
Psikolog Amy Sullivan mengatakan bahwa FOMO dapat berdampak langsung pada kesehatan fisik, mental, dan emosional Anda.
Seseorang yang berada dalam kondisi FOMO juga bisa mengalami gejala kecemasan seperti, mual, tubuh pegal dan nyeri, sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan perasaan tertekan secara emosional.
Secara mental dan emosional, FOMO juga bisa membuat pikiran kita terganggu.
Akibatnya, kita akan diselimuti oleh pikiran negatif pada diri sendiri, sehingga kita sulit mengelola dan mempercayai diri sendiri.
“Dari sudut pandang psikologis, ketika hal ini mulai berdampak pada kehidupan sehari-hari, Anda harus segera mencari pertolongan ahli,” ucap Sullivan.
Jika tidak segera ditangani, kata Sullivan, FOMO bisa mengganggu interaksi sosial, pekerjaan, dan hubungan asmara.
“Apapun itu, jika ada aspek kehidupan Anda yang terganggu, kita harus bisa mengidentifikasi akar masalahnya dan mencari solusi potensial yang bisa membantu,” tambah Sullivan.
Baca juga: Cara Tingkatkan Produktivtias untuk Pasien Bipolar saat Fase Depresi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.