Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fery Setiawan
Akademisi

Fery Setiawan, drg., M.Si adalah seorang Asisten Dosen di Bagian Patologi Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga. Fery Setiawan, drg., M.Si telah menulis artikel di jurnal nasional dan internasional terindeks sebanyak 58 artikel yang sudah publish dan terdapat 2 artikel yang sedang dalam proses publish. Fery Setiawan, drg., M.Si juga telah menghasilkan 6 (enam) buah buku yang telah terdaftar di ISBN Indonesia.

Perlunya Sistem Imunitas Tubuh Kala Musim Pancaroba

Kompas.com - 06/12/2023, 12:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA November menuju awal Desember 2023, terjadi outbreak pneumoniae misterius di China yang dikenal dengan outbreak new emerging disease.

Saat ini, outbreak pneumoniae misterius tersebut telah merebak ke beberapa negara di luar China seperti di negara Eropa (Belanda dan Denmark), bahkan dikabarkan sudah masuk ke Indonesia.

Kejadian merebaknya outbreak pneumoniae seakan mengingatkan kita terhadap kejadian yang sama kurang lebih empat tahun lalu di mana pada saat itu terjadi wabah misterius yang kemudian setelah diidentifikasi dikenal sebagai corona virus disease-19 (COVID-19).

Kejadian outbreak Mycoplasma pneumoniae merupakan kejadian fenomenal yang saat ini terjadi. Penyakit ini sering merebak pada akhir tahun yang dikaitkan dengan suhu dan musim dingin. Pada musim dingin tersebut bakteri, virus, jamur tumbuh subur.

Outbreak pneumoniae misterius kebanyakan menginfeksi anak-anak, sehingga perlu mendapat perhatian khusus.

Jika tidak ditangani, maka kemungkinan dapat menjadi outbreak lagi mengingat pada saat ini outbreak mycoplasma pneumoniae juga dibarengi dengan peningkatan outbreak COVID-19 di beberapa negara, termasuk di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Kebanyakan penyakit infeksi bersifat self-limiting disease yang berarti dapat hilang timbul atau sembuh muncul dan sepenuhnya bergantung terhadap kekuatan sistem imunitas tubuh kita.

Perlu menjadi perhatian juga, hampir seluruh penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan ditularkan dalam bentuk airborne disease atau aerosol airborne disease.

Penyakit tersebut masuk pertama kali melalui rute jalan pernafasan kita. Munculnya manifestasi penyakit tersebut secara umum adalah demam, kelemahan, yang bergantung terhadap kekuatan dan kuatnya sistem imunitas seseorang.

Di dalam tubuh kita, terdapat sistem imunitas yang diibaratkan seperti tentara di suatu negara. Tentunya negara pasti memiliki musuh. Nah, tugas tentara tersebut untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara.

Jika tentara tersebut kuat atau dalam kendali, maka negara akan baik-baik saja. Sebaliknya, apabila tentara kekuatannya berkurang atau sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, maka yang dikhawatirkan adalah musuh dapat menginvasi, bahkan dapat menghancurkan negara.

Analogi tersebut dapat diibaratkan sistem imunitas pada manusia. Sistem imunitas diperankan oleh sel darah putih dan sel lainnya yang terdapat di dalam tubuh manusia.

Secara alamiah, sistem imunitas manusia terdiri dari dua garis besar, yaitu: sistem imunitas alamiah dan sistem imunitas adaptif. Tujuan dari kedua sistem imunitas tersebut sama, bertahan dari serangan atau serbuan mikroorganisme atau pun lainnya.

Sistem imunitas dalam tubuh manusia tidak statis, melainkan dinamis yang berubah-ubah dan dipengaruhi keadaan sekeliling dan emosi seseorang.

Pancaroba

Musim pancaroba perlu menjadi perhatian kita. Sebagian besar wilayah di Indonesia tengah memasuki musim pancaroba, terjadi peralihan dari musim panas atau kemarau ke penghujan.

Umumnya, musim pancaroba dapat berpengaruh terhadap sistem imunitas di tubuh kita. Kebanyakan pengaruh tersebut berupa penurunan sistem imunitas.

Dengan penurunan pada sistem imunitas, maka akan berdampak terhadap rentannya seseorang untuk menderita suatu penyakit, terlebih lagi penyakit yang saat ini tengah meningkat, yaitu Mycoplasma pneumoniae atau COVID-19.

Maka, sistem imunitas perlu dijaga. Rutin berolahraga (bisa dalam bentuk cycling, jogging, ataupun running santai) pada pagi hari dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh. Namun, tentunya dalam batasan-batasan koridor yang disesuaikan dengan keadaan seseorang.

Dengan menjaga sistem imunitas tubuh, kita berusaha mengurangi kemungkinan tertularnya penyakit. Secara tidak langsung menjaga orang di sekitar kita yang rentan terhadap tertularnya penyakit (orangtua atau pun anak-anak yang baru lahir).

Selain itu, alangkah baiknya jika kesadaran untuk menjaga sistem imunitas juga dibarengi peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.

Paling penting adalah menerapkan penggunaan masker lagi ketika beraktivitas dan berada pada daerah yang terdapat banyak orang di dalamnya.

Banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran segar juga dapat membantu menjaga sistem imunitas sehingga sistem imunitas dapat tetap prima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau