Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pengaruh Hormon dan Risiko Stroke pada Wanita

Kompas.com - 26/02/2024, 10:30 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Setiap tahun, lebih dari 6.6 juta orang di dunia meninggal karena stroke. Para ahli mengingatkan, kejadian stroke pada orang muda terus meningkat, terutama pada orang dari negara berkembang.

Stroke terjadi ketika aliran darah yang mengangkut oksigen dan nutrisi ke otak terhenti. Terputusnya aliran darah itu terjadi karena pembuluh darah pecah atau ada sumbatan. Kedua jenis stroke ini bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan kematian.

Menurut penelitian di Amerika Serikat, risiko kematian akibat stroke lebih besar pada wanita dibandingkan pria. Hal ini terkait dengan angka harapan hidup wanita yang lebih tinggi.

"Usia adalah faktor terbesar dari stroke. Ketika orang makin tua, mereka lebih rentan mengalami hipertensi, kolesterol tinggi, timbunan plak di pembuluh darah, serta kontrol gula darah yang buruk. Semua ini berkontribusi pada terjadinya stroke," kata Dr.Daniel Hermann, ahli kardiologi intervensi.

Pengaruh hormon estrogen

Pada perempuan, periode perubahan biologi yang terjadi saat pramenopause dan menopause juga sangat penting. Mayoritas wanita mulai mengalami tekanan darah tinggi pada periode tersebut.

Baca juga: Apa yang Menyebabkan Penyakit Stroke? Ini Penjelasannya...

Para ahli meyakini hal ini terjadi karena faktor hormon estrogen yang membantu pembuluh darah rileks dan menjaga keseimbangan kolesterol. Saat tubuh berhenti memproduksi estrogen, insiden stroke dan penyakit jantung meningkat.

Hasil studi menguatkan kaitan tersebut pada perempuan yang mengalami menopause lebih awal. Dibandingkan dengan kelompok yang menopause di usia 50-51 tahun, mereka yang mengalami menopause dini sebelum usia 40 tahun atau antara 40-44 tahun, risiko stroke nya melonjak sampai 98 persen.

Meski demikian, kelebihan estrogen, dalam bentuk terapi hormon, juga memiliki efek berlawanan. Data menunjukkan, terapi pengganti hormon di usia pramenopause bisa meningkatkan risiko stroke.

Penelitian menyimpulkan, efek dari terapi pengganti hormon akan lebih berdampak positif jika dilakukan di usia lebih muda atau mendekati menopause, sehingga kadar hormon akan mendekati dengan yang biasanya dipakai tubuh.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Hormon Tidak Seimbang? Simak Penjelasan Berikut

Pengaruh hormon juga terlihat pada peningkatan risiko stroke pada wanita yang memakai kontrasepsi hormonal dan memiliki hipertensi, merokok, serta sering mengalami migrain.

Demikian juga halnya dengan wanita yang menjalani terapi kesuburan atau transgender yang mengonsumsi estrogen. Risiko stroke mereka juga akan meningkat.

Mencegah stroke

Cara terbaik untuk menekan risiko stroke adalah menjaga tekanan darah tetap stabil.

"Risiko stroke akan turun sampai setengahnya jika kita memiliki tekanan darah yang normal," kata Dr.Marion Buckwalter, ahli saraf dan bedah saraf.

Rutinlah melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan arah.

Miliki gaya hidup sehat dengan berhenti merokok, olahraga rutin, serta mengurangi makanan tinggi garam, gula, dan lemak.

Baca juga: Mayoritas Pengukuran Tekanan Darah di Indonesia Dilakukan di Klinik

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau