Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberhasilan Terapi Autisme Butuh Peran Orangtua, Dokter dan Terapis

Kompas.com - 26/04/2024, 19:00 WIB
Rini Agustin,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sampai saat ini gejala autisme pada anak tidak bisa diobati, tetapi berbagai terapi bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan perkembangan anak.

Ada banyak terapi anak autis yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Terapi yang utama adalah terapi perilaku dan komunikasi, serta terapi sensosri. Pelaksanaan terapi ini memerlukan kerjasama erat antara dokter, orangtua, guru, dan ahli terapi.

Dokter spesialis anak konsultan saraf, Prof. Hardiono D. Pusponegoro, menyebutkan bahwa penentuan terapi autisme yang tepat sesuai dengan usia dan perkembangan anak perlu dikonsultasikan ke dokter anak spesialis tumbuh kembang.

Terapi autisme tidak bisa dilakukan hanya sendiri dengan orangtua di rumah, harus datang ke klinik dan berkonsultasi dengan dokter. Bukan hanya anaknya saja, tetapi orangtua juga dilatih step by step terapi yang baik untuk anak,” jelasnya dalam konferensi pers acara Special Kids Expo (Spekix) 2024 di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Peran orangtua juga penting dalam keberhasilan proses terapi, selain profesional dan terapis.

“Keterlibatan orang tua memberi kontribusi yang besar pada perkembangan anak, namun orangtua harus mendapat pelatihan terlebih dahulu untuk membantu anak, tidak bisa hanya secara intuisi,” tambahnya.

Baca juga: Anak Bruce Willis Terdiagnosis Autisme di Usia 30, Bagaimana Gejalanya?

Bentuk peran orangtua yang diharapkan dalam pelaksanaan terapi adalah menyediakan waktu untuk mengantar anak terapi, memberi pengertian dan membangun kerja sama dengan anak lain di rumah, menambah ilmu seputar autisme, menjalin komunikasi dengan terapis tentang kemajuan belajar anak, serta konsisten dan menindaklanjuti program terapi di rumah.

“Dengan diberikan pendidikan yang bermutu dan peluang untuk berkarya, mereka dapat menjadi individu yang mandiri, dapat berkomunikasi dengan baik, dan berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak,” ucapnya.

Terapi untuk anak bisa dimulai sejak dokter menegakkan diagnosis. Bahkan saat ini diagnosis bisa dilakukan sejak anak usia 1 tahun. Sehingga orangtua tidak perlu menunggu gejala lain.

"Diagnosis autisme pada anak bisa dilakukan di usia 18 bulan, jika orangtua telah mendeteksi tanda-tanda keterlambatan pada perkembangan anaknya, sebaiknya tidak diam saja atau menunggu kemajuan perkembangan anak dengan sendirinya," jelasnya.

Keterbukaan orangtua untuk menerima kondisi buah hatinya sangat penting demi kemajuan perkembangan anak autisme.

Baca juga: Ini Perbedaan Autisme pada Anak Perempuan dan Anak Laki-laki

Gejala autisme

Gejala autisme dapat meliputi gangguan komunikasi dan interaksi sosial yang ditandai mimik datar atau anak sering tidak bereaksi saat dipanggi. Anak juga cuek, tidak bermain dengan anak lain, tidak berbagi, tidak ada respon emosi timbal balik, dan tidak bisa melakukan bermain pura-pura.

Sementara itu gangguan komunikasi verbal dan nonverbal meliputi anak tidak bicara, bicara terlambat, aneh dan sulit dimengerti, serta ekolalia yakni mengulang kata-kata.

Anak juga mengalami gangguan memulai dan memelihara interaksi sosial yang ditandai dengan dia tidak memulai interaksi, menjawab sekadarnya dan tidak bisa berinteraksi untuk waktu yang lama.

Selain itu, orangtua juga harus mengenali sejumlah tanda bahaya adanya gangguan tumbuh kembang. Tanda ini antara lain anak berusia 12 bulan tidak melakukan babbling atau ocehan yang tersusun dari suara dari huruf vokal dan konsonan, tidak menunjuk sesuatu yang jauh, tidak mengeluarkan kata-kata yang berarti pada umur dua tahun seperti "mama" dan "papa" dan tidak menoleh saat dipanggil namanya dari belakang atau samping pada usia 6 bulan.

"(Anak tidak menoleh saat dipanggil) ini perlu periksa ke dokter bisa saja dia gangguan pendengaran atau mulai ada gejala autis," tutur Prof Hardiono.

Dia menambahkan, bila anak sudah menunjukkan gejala walau belum bisa didiagnosis sebagai autis, harus segera mendapatkan terapi karena terapinya akan berlangsung lebih mudah dan hasilnya jauh lebih baik.

“Diagnosis cepat, terapi tepat, peran orangtua terlatih akan sangat mempengaruhi kemajuan anak. Hasil akhirnya seringkali cukup baik,” tandasnya.

Baca juga: 5 Perbedaan ADHD dan Autis, Orangtua Perlu Tahu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau