Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/06/2024, 10:26 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Kadar kolesterol jahat yang tinggi berdampak buruk bagi kesehatan. Tidak hanya meningkatkan risiko penyempitan pembuluh darah, tapi juga dapat memicu pembentukan batu empedu (Cholelithiasis).

Batu empedu adalah terbentuknya massa padat dalam kantung empedu atau saluran empedu, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi, sehingga mengganggu kualitas hidup penderitanya.

"Batu empedu terbentuk ketika substansi seperti kolesterol, garam empedu, atau zat-zat lainnya tidak seimbang dalam empedu," papar dr.Irsan Hasan Sp.PD-KGEH dari RS Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta.

Dokter penyakit dalam konsultan gastroenterologi-hepatologi ini menyebutkan, batu empedu yang paling umum terdiri dari kolesterol yang berlebihan dalam empedu.

"Kolesterol berlebihan dapat mengendap dan membentuk endapan yang kemudian menjadi batu empedu," paparnya.

Baca juga: Batu Empedu Sakitnya di Mana? Berikut Penjelasannya...

Dr.dr.Irsan Hasan Sp.PD-KGEH FINASIM.Dok MRCCC Siloam Hospital Dr.dr.Irsan Hasan Sp.PD-KGEH FINASIM.
Penyebab batu empedu lainnya adalah ketidakseimbangan garam empedu, kehamilan, obesitas dan pola makan tinggi lemak dan rendah serat, serta ada riwayat keluarga dengan masalah batu empedu.

Penyakit ini memiliki gejala berupa rasa nyeri pada perut bagian kanan atas secara mendadak. Bahkan, rasa nyeri itu juga menjalar ke punggung dan bahu.

Tiga jenis batu empedu

Berdasarkan komposisinya, batu empedu dapat dibedakan menjadi tiga jenis utama:

• Batu kolesterol: Batu kolesterol terbentuk ketika konsentrasi kolesterol dalam empedu melebihi kemampuan empedu untuk melarutkannya. Biasanya berwarna kuning hingga cokelat.

• Batu pigmen: Batu pigmen terbentuk ketika pigmen bilirubin, zat yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah, terakumulasi dalam empedu. Jenis batu ini berhubungan dengan kondisi medis tertentu, seperti sirosis hati, anemia hemitik, atau infeksi saluran empedu. Batu pigmen cenderung berwarna cokelat atau hitam.

• Batu campuran: Seperti namanya, batu empedu jenis ini terdiri dari campuran kolesterol dan pigmen.

Dokter Irsan mengatakan, identifikasi jenis batu empedu yang tepat berperan penting dalam menentukan jenis perawatan yang sesuai.

"Ini melibatkan evaluasi oleh tenaga medis yang tepat sehingga terapi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien,” ujar dr. Irsan.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengetahui Batu Empedu? Berikut 16 Gejalanya

Pengobatan batu empedu

Ada beberapa tatalaksana pengobatan batu empedu, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tiap pasien. Sebelum melakukan pengobatan yang rumit, pasien akan diminta untuk mengubah pola makan dengan menghindari makanan berlemak dan mengandung kolesterol.

Konsumsi makanan tinggi serat, seperti buah, sayur, serta biji-bijian, dapat mengurangi risiko terbentuknya batu empedu dan mengurangi gejalanya.

Selain itu ada juga obat-obatan yang diresepkan dokter untuk melarutkan atau menghancurkan batu empedu, terutama untuk batu kolesterol yang kecil. Namun, proses ini memakan waktu lama dan tidak selalu efektif.

Metode penghancuran batu empedu menggunakan gelombang kejut (ESWL/Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) sudah populer. Namun metode ini hanya efektif untuk batu yang lebih kecil dan tidak bisa digunakan untuk semua kondisi.

Baca juga: 2 Jenis Operasi Batu Empedu yang Perlu Anda Ketahui

Metode yang lebih baru adalah dengan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography) untuk menghilangkan batu empedu yang tersumbat di saluran empedu.

"Metode ini melibatkan penggunaan alat endoskopi berupa selang fleksibel yang dimasukkan ke mulut hingga saluran empedu, diikuti dengan penanganan batu atau pengangkatan memakai alat," jelas dr.Irsan.

Ada beberapa keunggulan ERCP, yaitu dokter bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga juga dapat dipakai untuk mendiagnosis penyakit atau kelainan di saluran empedu. Selain itu, produser ini memungkinkan dokter langsung melakukan berbagai tindakan pengobatan.

Namun, prosedur ERCP juga memiliki risiko seperti perdarahan, infeksi, atau kerusakan pada saluran empedu atau pankreas. Oleh karena itu, setelah tindakan, pasien butuh observasi dari dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau