Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Dianggap Simbol Status, Susu Jadi Sumber Nutrisi yang Praktis

Kompas.com - 04/06/2024, 21:11 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengelompokkan susu ke dalam makanan yang mudah diakses, terjangkau, dan padat nutrisi. Susu sapi merupakan jenis susu yang paling banyak dikonsumsi di dunia.

Manusia diperkirakan mulai minum susu sapi sejak 9.000 tahun yang lalu. Sementara penggunaan susu sapi untuk menyapih bayi manusia ditaksir mulai terjadi pada zaman perunggu atau sekitar 3.000 tahun lalu.

Dikutip dari Kompas.id, di Indonesia budaya minum susu mulai populer sejak sekitar akhir abad ke-19, diperkenalkan oleh orang-orang Eropa yang datang ke Hindia Belanda.

Seiring waktu, budaya meminum susu kemudian diadopsi kalangan pribumi, terutama kalangan bangsawan dan priyayi. Mereka mengkonsumsi susu tak hanya karena manfaatnya bagi tubuh, namun juga sebagai simbol status sosial.

Bersamaan dengan pasar yang semakin luas, peternakan sapi perah mulai berkembang di Hindia-Belanda. Di sejumlah kota besar di Hindia-Belanda muncul peternakan dan industri susu rumahan yang didirikan oleh orang Belanda, Tionghoa, maupun pribumi. Iklan-iklan susu pun semakin sering muncul di surat kabar.

Baca juga: Mengenal Sejarah Susu dalam Rangka Hari Susu Sedunia 2021

Ilustrasi anak minum susuDok Sari Husada Ilustrasi anak minum susu

Kurang gizi di kalangan anak Indonesia

Sejarawan Agus Setiawan menyebutkan, pascakemerdekaan susu masih dianggap sebagai minuman kaum elit dan keberadaannya terbatas.

“Pascakemerdekaan, kondisi anak Indonesia cukup memprihatinkan karena tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya, makanan bergizi susah untuk didapatkan. Dapat dikatakan kebutuhan gizi pada masa awal kemerdekaan belum seimbang karena masyarakat lebih memprioritaskan makanan berkarbohidrat seperti jagung, beras dan ketela," papar Agus.

Pada tahun 1954, Pemerintah RI dan PBB bekerja sama mengembangkan program khusus untuk menunjang kecukupan protein nasional. Tahun 1954, NV Saridele yang merupakan cikal bakal Sarihusada didirikan dan mulai beroperasi di Yogyakarta. Ini adalah langkah awal kelahiran merek legendaris SGM.

Baca juga: Pentingnya Cek Kandungan Nutrisi dalam Susu Anak

“Perjalanan panjang SGM untuk menyediakan nutrisi terbaik bagi bangsa diawali oleh sekelompok dokter dari Universitas Indonesia yang banyak menghabiskan waktu di RSCM, bekerja untuk mencari formulasi produk yang cocok untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak Indonesia saat itu," katanya.

VP General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto, menambahkan, berawal dari Yogyakarta, saat ini seluruh produk Sarihusada diproduksi di 4 pabrik yang tersebar di Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Tengah.

“Dengan jejak historis sejak 1954 di Indonesia, kami berkomitmen untuk terus mempertahankan kualitas dan produk terbaik yang diproduksi di Indonesia dan lebih cepat sampai ke tangan konsumen," katanya dalam siaran pers dalam rangka memperingati Hari Susu Sedunia yang jatuh tiap tanggal 1 Juni.

Pakar gizi Prof. Sri Anna Marliyati, menyampaikan bahwa susu memiliki banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak dan kesehatan seluruh anggota keluarga.

Ia mengatakan, banyak anak Indonesia yang masih kekurangan zat besi yang bisa menghambat perkembangan otak dan juga pemicu stunting.

Baca juga: Perbedaan Protein Hewani dan Nabati untuk Mencegah Stunting pada Anak

"Faktanya, 1 dari 3 anak Indonesia berisiko terganggu pertumbuhannya karena kekurangan zat besi. Salah satu upaya untuk pencegahan kurangnya zat besi pada anak adalah memastikan asupan zat besinya tercukupi, terutama dari pangan hewani," kata Prof. Sri Anna.

Pangan hewani seperti susu, menurutnya, mengandung asupan zat besi yang mudah diserap tubuh. Selain itu, susu pertumbuhan juga mengandung kalsium, omega 3, serta vitamin dan mineral lain.

Sayangnya konsumsi susu di Indonesia masih termasuk rendah. Badan Pusat Statistik mencatat rata-rata konsumsi susu di Indonesia pada 2020 sebesar 16,27 per kapita per tahun.

Jumlah ini masih di bawah rerata konsumsi susu di negara Asia Tenggara, seperti Malaysia sebesar 36,2 kilogram per kapita per tahun, Myanmar 26,7 kilogram per kapita per tahun, dan Thailand 22,2 kilogram per kapita per tahun.

Tingkat konsumsi susu yang rendah ini dapat memengaruhi kualitas gizi di masyarakat. Susu memiliki kandungan nutrisi yang baik dan lengkap.

Baca juga: Kapan Waktu yang Baik untuk Anak Minum Susu? Berikut Penjelasannya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau