Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Antibiotik Baru Pelawan Kuman Super

Kompas.com - 07/06/2024, 17:38 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) adalah ancaman kesehatan serius di seluruh dunia. Kondisi ini menyebabkan semakin banyak kuman super yang tidak mempan lagi pada antibiotik yang ada saat ini.

Dikutip dari laman WHO.int, AMR terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit, berubah seiring waktu dan tidak lagi merespon obat-obatan sehinga infeksi sulit diobati.

Dampaknya adalah penyakit mudah menyebar, penyakit makin parah, dan kematian.

Ada berbagai jenis penyakit atau gangguan medis yang sangat bergantung pada antibiotik untuk melawan infeksi, misalnya saja penggantian sendi, cangkok organ, terapi kanker, dan juga penyakit kronis seperti diabetes, asma, dan artritis rheumatoid.

Infeksi yang disebabkan oleh AMR juga membutuhkan pengobatan lini kedua dan ketiga, dan hal ini dapat menimbulkan efek samping serius seperti gagal organ dan perawatan yang lebih lama.

Baca juga: Ciri-ciri Resistensi Antibiotik yang Buat Orang Kebal Obat

Para ahli memproyeksikan resistensi antimikroba pada 33 bakteri bisa menyebabkan 7,7 juta kematian per tahun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kematian akibat Covid-19.

WHO juga menyatakan AMR sebagai masalah kesehatan masyarakat yang mendesak untuk diatasi. Tanpa intervensi, AMR bisa menyebabkan 10 juta kematian per tahun.

Penelitian antibiotik baru

Sebagian besar antibiotik bekerja dengan mengikat dan mematikan ribosom bakteri. Ini adalah mesin molekuler yang membangun protein yang dibutuhkan sel agar berfungsi.

Dalam beberapa dekade terakhir bakteri telah mengalami berbagai mekanisme evolusi untuk mencegah ribosom dihadang antibiotik. Mereka juga membuat mekanisme untuk mencegah ikatan antibiotik.

Para ilmuwan di berbagai negara terus bekerja untuk mencari generasi baru antibiotik untuk melawan kuman super.

Baca juga: Resistensi Antimikroba di Ruang ICU jadi Penyebab Kematian

Para peneliti bahkan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menemukan sumber-sumber potensial antibiotik baru dari alam.

Dipublikasikan di jurnal Cell, tim internasional yang dipimpin oleh ahli biologi Luis Pedro Coelho berhasil mengidentifikasi lebih dari 800.000 peptida antimikroba, yaitu molekul kecil yang bisa membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba menular.

Lebih dari itu, ketika diuji pada mencit di laboratorium, beberapa peptida itu bekerja efektif mengatasi infeksi dan juga mengurangi jumlah bakteri.

Dalam model praklinis, yang diuji pada tikus yang terinfeksi, pengobatan dengan peptida ini memberi hasil yang mirip dengan efek polimiksin B – antibiotik yang biasa digunakan untuk mengobati meningitis, pneumonia, sepsis, dan infeksi saluran kemih.

Penelitian lain yang dilakukan oleh tim dari Universitas Harvard juga berhasil mengembangkan komponen sintetik yang disebut cresomycin, yang meniru cara kerja antibiotik generasi lama dalam mengikat ribosom bakteri.

Dalam pengujian pada mencit, antibiotik baru ini efektif mengatasi infeksi AMR. Selanjutnya tim akan melakukan uji klinis untuk mengetahui keamanan dan efektivitas obat ini pada manusia.

Dunia masih menanti apakah para ilmuwan akan segera mengembangkan antibiotik baru untuk melawan kuman super.

Baca juga: 9 Bakteri Paling Berbahaya yang Resisten dengan Antibiotik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau