KOMPAS.com - Resistensi antimikroba berpengaruh sangat besar bagi kesembuhan pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif (ICU).
Resistensi antimikroba merupakan kondisi yang membuat bakteri, jamur, atau virus, penyebab infeksi pada tubuh seseorang sulit ditangani dengan antibiotik, antijamur, atau antiviral. Akibatnya pasien sulit sembuh dan perlu dirawat lebih lama.
Badan kesehatan dunia bahkan menyebutkan resistensi antimikroba (AMR) sebagai 1 dari 10 ancaman kesehatan global. Jurnal kesehatan The Lancet memperkirakan setiap tahun 4,9 juta kematian di dunia berkaitan dengan bakteri AMR.
"Kalau sudah resisten obat-obatan sudah tidak mempan lagi. Walau dikasih obat banyak pun kalau tidak mempan pasien tidak sembuh-sembuh. Ini yang sangat ditakuti," kata dokter Vannesi T Silalahi Sp.An, MSc, KIC, konsultan perawatan intensif dari Eka Hospital Tangerang.
Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien kritis yang sangat rentan karena daya tahan tubuhnya rendah.
Baca juga: Komunikasi Dokter dan Keluarga Pasien ICU Tingkatkan Kesembuhan
Seringkali pasien mengalami masalah pada lebih dari satu organ tubuh karena terjadi infeksi di ICU.
Kondisi infeksi yang sering memicu kematian adalah syok sepsis.
Penggunaan antibiotik di ICU secara jitu, tepat guna, dan tepat waktu, menjadi hal yang tidak boleh ditawar oleh dokter untuk mencegah AMR.
"Untuk mencari antimikroba yang paling tepat untuk pasien, dokter ICU sangat erat bekerja sama dengan ahli mikrobiologi. Dicek satu persatu jenis mikrobanya dengan cara mengambil sampel dan dikultur,"papar dokter Vannesi.
Komunikasi dua arah antara dokter dengan pihak keluarga pasien juga bisa membantu meningkatkan kesembuhan pasien.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.