Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Penularan Demam Berdarah pada Olimpiade Paris 2024

Kompas.com - 15/06/2024, 16:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Menjelang pelaksanaan Olimpiade Paris pada 26 Juli 2024 sejumlah persiapan terus dilakukan, termasuk menekan risiko penularan penyakit demam berdarah.

Pemerintah Perancis sendiri sudah memahami risiko demam berdarah. Di Paris, ribuan lokasi sudah dicek secara rutin untuk mencegah adanya nyamuk pembawa virus dengue.

Lebih dari 10 juta orang yang terdiri dari atlet, tim ofisial, penonton, dan turis akan datang ke Paris untuk perhelatan akbar bidang olahraga ini.

Pada September 2023, beberapa orang tertular demam dengue di Paris. Kehadiran penyakit ini penting karena dua alasan. Ini adalah wabah paling utara yang pernah tercatat, dan tidak ada pasien yang melakukan perjalanan baru-baru ini.

Hal itu menunjukkan bahwa demam berdarah dapat ditularkan secara lokal di Eropa Utara.

Para ahli pun mengingatkan kemungkinan Olimpiade Paris menjadi ajang super spreader.

Konsep super spreader (penyebaran infeksi dari satu orang ke sejumlah besar orang dalam waktu singkat) dalam epidemiologi infeksi bukanlah hal baru. Kasus super spreader yang terkenal dalam sejarah adalah tifoid Mary.

Baca juga: Masa Kritis Demam Berdarah Hari ke Berapa? Ini Penjelasan Dokter...

Mary Mallon adalah pembawa tifoid tanpa gejala yang menularkan penyakitnya ke lebih dari 100 orang. Penelitian juga menunjukkan 15 persen orang bertanggung jawab pada 85 kasus penularan Covid di Provinsi Hunan, China.

Ini bukan pertama kalinya ajang Olimpiade dianggap sebagai faktor risiko epidemi virus. Olimpiade Brasil 2016 hampir ditunda karena kekhawatiran akan virus zika, yang juga ditularkan oleh nyamuk Aedes. Namun ketakutan itu tidak terbukti karena tidak ada kasus penularan yang dilaporkan.

Kasus demam berdarah di dunia

Saat ini nyamuk Aedes telah menyebar lebih luas dibanding tahun 2016 dan jumlah kasus demam berdarah di dunia meningkat secara dramatis pada periode yang sama.

Di tahun 2016 ada 5.2 juta kasus demam ebrdarah yang dilaporkan di seluruh dunia. Pada pertengahan tahun 2024 sudah tercatat 7.6 juta kasus di dunia.

Baca juga: Nyamuk Wolbachia Bukan Hasil Rekayasa Genetika

Di Olimpiade Paris diperkirakan pengunjung akan berasal dari 200 negara. Kebanyakan dari negara tersebut sudah mengalami wabah demam berdarah tahun ini.

Olimpiade Paris bisa menjadi ajang super spreader jika sejumlah syarat terpenuhi. Misalnya saja jumlah nyamuknya cukup banyak, jumlah orang yang rentan dan sudah terinfeksi, waktu yang cukup dan gigitan nyamuk.

Salah satu jenis nyamuk yang bisa beradaptasi dengan lingkungan perkotaan Paris adalah nyamuk Aedes albopictus yang sering disebut juga sebagai nyamuk harimau karena pola warnanya belang.

Nyamuk ini dikenal sebagai vektor penular berbagai penyakit menular, termasuk virus Zika, demam dengue, dan demam chikungunya.

Hanya dibutuhkan sedikit genangan air untuk nyamuk bertelur. Telur-telur nyamuk sendiri bisa bertahan di kondisi kering selama berbulan-bulan. Ketika sudah tergenang air lagi telurnya akan menetas.

Selama penyelenggaraan olimpiade, penonton atau atlet bisa digigit oleh nyamuk satu kali dan wabahnya akan muncul dalam satu minggu atau lebih. Tiap nyamuk betina bisa bertelur sampai 200 dalam satu waktu.

Kebanyakan demam dengue juga tidak bergejala. Orang yang sudah terinfeksi bisa tidak menyadari dirinya membawa virus dan menularkannya jika mereka digigit oleh nyamuk Aedes.

Baca juga: Efektivitas Vaksin Dengue untuk Mencegah Demam Berdarah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com